Parapuan.co - Kawan Puan, tak dapat dimungkiri bahwa perjuangan untuk mendapatkan keturunan memang tidak mudah bagi pasangan menikah.
Namun, rasanya perjuangan perempuan berkali lipat lebih sulit karena dalam menjalani program kehamilan sering kali diwarnai dengan berbagai tekanan.
Baik tekanan dari diri sendiri yang mungkin merasa menikah atau baru melakukan program hamil di usia 30 ke atas, misalnya.
Sampai tekanan dari orang lain dan lingkungan sekitar, seperti orang tua, yang berharap ingin segera menimang cucu.
Terkadang, lingkungan sekitar hanya melihat dan berkomentar mengarah pada pihak perempuan ketika ia belum bisa hamil.
Padahal, proses hamil seharusnya menjadi tanggung jawab bersama antara suami dan istri.
Dokter Mira Myrnawati, seorang spesialis obgyn berpengalaman mengungkap realita pahit dalam usaha perempuan untuk bisa hamil.
Hal tersebut disampaikan Dokter Mira Myrnawati dalam Podcast Cerita Parapuan Episode 51.
Bahwasanya meski kehamilan adalah tanggung jawab dan usaha bersama antara pasangan suami istri, masyarakat tidak melihatnya demikian.
Baca Juga: Sambut Hari Ibu, Ini 4 Kondisi Kesehatan yang Perlu Diwaspadai Perempuan Hamil
Jika terkait kehamilan, orang-orang hanya melihat hamil secara fisik di mana perut perempuan membesar, bukan pada prosesnya.
"Tuhan sudah memberikan kodrat untuk hamil dan melahirkan. Itu bukan sesuatu yang bisa dilakukan laki-laki," kata Dokter Mira.
"Jadi kita sebagai perempuan itu adalah realita pahit yang harus kita terima. Kita enggak bisa menentang," imbuhnya.
Mira juga mengatakan, "Nah orang kan enggak paham bahwa proses kehamilan itu terjadi pada saat sperma dari laki-laki membuahi sel telur perempuan, kemudian menempel di rahim, terjadilah kehamilan."
Inilah yang membuat perempuan sering kali menjadi pihak yang "jadi perhatian" ketika belum bisa hamil.
Dengan kata lain, realita sosial yang terjadi adalah perempuan sering kali disalahkan ketika belum juga hamil.
Padahal, penyebabnya bisa berasal dari banyak faktor, baik dari pihak perempuan, laki-laki, atau bahkan keduanya.
"Secara kodrat begitu, tapi saya tidak setuju kalau perempuan disalahkan karena belum hamil," tegas Mira.
Mira juga menekankan pentingnya komunikasi dan kerja sama antara suami istri dalam menjalani program kehamilan.
Baca Juga: Dokter Obgyn Mira Myrnawati Ungkap Perubahan Perempuan Pasca Melahirkan Bisa Menetap
Ia mengingatkan bahwa sebagai wanita, penting untuk berpikir positif dan mencari apa yang bisa dilakukan agar bisa mencapai kodrat untuk hamil.
Menurutnya, langkah awal yang penting adalah memeriksakan diri untuk mengetahui apakah ada masalah medis yang menghambat kehamilan.
Sebagai dokter obgyn perempuan, Mira juga merasakan bagaimana beratnya perjuangan seorang perempuan dalam menghadapi tekanan sosial, terutama dalam hal pernikahan dan kehamilan.
Mira yang menikah pada usia 36 tahun, pernah menghadapi pandangan masyarakat yang penuh kritik terhadap perempuan yang belum menikah di usia 30-an atau yang sudah menikah tapi belum punya anak.
"Perempuan tuh dinilai berdasarkan faktor-faktor yang dia tidak bisa kendalikan," ungkap Mira.
Oleh karenanya, Mira selalu berusaha mendukung pasien-pasiennya, terutama perempuan, agar mereka tidak merasa bersalah atau merasa gagal hanya karena belum hamil.
"Kalau ada pasien, 'Dok, apa karena saya makan ini ya, atau karena itu ya'. Saya selalu bilang, 'Bu itu bukan karena sesuatu yang ibu lakukan atau tidak lakukan'," tutur Mira mengisahkan.
Ia meyakini bahwa dukungan antar perempuan sangat penting dalam menghadapi tantangan ini, sehingga perempuan tidak merasa sendirian dalam perjuangan mereka.
Pada akhirnya, perjuangan untuk hamil adalah proses yang melibatkan emosi, mental, dan fisik yang kompleks.
Namun, dengan dukungan yang tepat dan pemahaman yang lebih mendalam mengenai proses kehamilan, diharapkan perempuan tidak lagi merasa terbebani oleh pandangan masyarakat.
Saksikan penjelasan Dokter Mira Myrnawati selengkapnya di Podcast Cerita Parapuan Episode 51 berikut ini:
Baca Juga: Dokter Mira Myrnawati: Banyak Perempuan Dituntut untuk Hamil
(*)