Benua Antartika Menghijau, Kata Ahli Ini Penyebab dan Dampaknya

Tim Parapuan - Senin, 7 Oktober 2024
Titik Norsel di Pulau Amsler di Kepulauan Palmer, Antartika
Titik Norsel di Pulau Amsler di Kepulauan Palmer, Antartika Dan Charman/PA

Lumut dan vegetasi lainnya dapat mengubah permukaan batu menjadi tanah baru, yang nantinya dapat menjadi habitat bagi spesies tanaman non-asli.

Kehadiran spesies asing ini dapat mengganggu keseimbangan ekosistem alami dan berpotensi mengalahkan tanaman serta organisme asli yang sudah ada di Antartika.

Dampak lebih lanjut dari penghijauan ini juga berpotensi mempengaruhi siklus karbon global.

Tanaman yang tumbuh di wilayah yang sebelumnya tertutup es akan menyerap karbon dari atmosfer, tetapi dampak jangka panjangnya terhadap siklus karbon global masih perlu diteliti lebih lanjut.

Di samping itu, perkembangan vegetasi yang pesat juga bisa memengaruhi jaring makanan lokal, yang pada akhirnya mengganggu kehidupan satwa liar yang ada di Antartika.

Sebagai benua kelima terbesar di dunia, Antartika merupakan rumah bagi berbagai jenis organisme unik yang telah beradaptasi dengan lingkungan yang sangat ekstrem.

Perubahan yang terjadi di Antartika, seperti penghijauan yang semakin meluas, menandakan dampak nyata dari perubahan iklim yang memengaruhi seluruh ekosistem bumi.

Melansir dari The Guardian.com beberapa ilmuwan telah menyerukan perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memahami bagaimana perubahan ini dapat berdampak pada Antartika dan dunia secara keseluruhan.

Serta langkah-langkah yang dapat diambil untuk melindungi keanekaragaman hayati di kawasan tersebut.

Baca Juga: Makna Tema Hari Bumi 2022, Soal Pentingnya Berinvestasi di Planet Kita

Seperti disampaikan oleh Prof. Andrew Shepherd, dari Universitas Northumbria, Inggris, Antartika merupakan barometer perubahan iklim tetapi juga titik kritis bagi wilayah tersebut.

"Tempat ini telah tersembunyi dari atmosfer selama ribuan tahun dan dihuni oleh tanaman dalam beberapa dekade setelah esnya hilang – sungguh menakjubkan,” katanya.

Fenomena penghijauan yang terjadi di Antartika ini bukan hanya terjadi di kutub selatan.

Di kutub utara, fenomena serupa telah diamati, yang mana terjadi hujan pertama kali dalam sejarah di puncak esnya pada tahun 2021.

Hal ini menunjukkan bahwa dampak dari pemanasan global sudah semakin nyata dan meluas. Tidak hanya pada kutub selatan, tetapi juga di seluruh kawasan kutub bumi.

Hujan dan gelombang panas yang menyebabkan mencairnya es di kutub juga memberikan indikasi bahwa perubahan iklim mempengaruhi kedua kutub secara bersamaan.

Perubahan dramatis ini memerlukan perhatian serius, karena konsekuensinya tidak hanya terbatas pada wilayah kutub.

Apa yang terjadi di Antartika dapat mempengaruhi seluruh planet, baik melalui perubahan iklim, kenaikan permukaan laut, atau dampak pada keanekaragaman hayati dan siklus karbon global.

Langkah-langkah perlindungan dan penelitian lebih lanjut sangat penting untuk memastikan bahwa ekosistem di Antartika dan wilayah kutub lainnya dapat bertahan di tengah perubahan yang cepat ini.

 Baca Juga: Pendaki Putri Handayani Siap Ekspedisi ke Antartika, Ini Misi yang Dibawa

(*)


Ken Devina

Sumber: Kompas.com,The Guardian,Nature Geoscience
Penulis:
Editor: Citra Narada Putri


REKOMENDASI HARI INI

Simak, 5 Rekomendasi Sabun Mandi yang Ampuh Mengatasi Jerawat Punggung