Ketakutan akan kehilangan pekerjaan atau reputasi menjadi penghalang yang besar.
Dalam industri hiburan, nama besar seperti Diddy memiliki kekuatan. Hal ini dapat menjadi alasan kuat bagi korban untuk tetap diam.
3. Perasaan Malu
Cassie tidak sendirian dalam perasaan malu yang sering dialami oleh korban kekerasan seksual.
Banyak individu merasa bahwa berbicara tentang pengalaman mereka akan membuat terlihat lemah atau dihujat oleh masyarakat.
Dalam kasus Diddy, potensi stigma sosial dapat membuat korban lain merasa enggan untuk berbagi cerita mereka, berpikir bahwa mereka mungkin akan disalahkan atau dipermalukan oleh publik.
4. Konsekuensi Hukum yang Tidak Memadai
Banyak korban merasa bahwa pelaku kekerasan seksual tidak mendapat hukuman yang setimpal dengan tindakan mereka.
Dalam kasus P Diddy, jika pelaku lain yang terlibat tidak diadili secara adil, korban mungkin merasa bahwa melapor adalah sia-sia.
Baca Juga: P Diddy Diduga Lakukan Kekerasan Seksual, Ini Trauma yang Bisa Dirasakan Korban
Ketidakpastian mengenai keadilan dapat menghambat mereka untuk berbicara, menambah beban mental yang dirasakan.
5. Persepsi Bahwa Perilaku Itu Biasa Saja
Dalam banyak lingkungan, terutama di dunia hiburan, perilaku pelecehan seksual sering kali dianggap sebagai hal yang normal.
Hal ini bisa mendorong korban untuk merasa bahwa pengalaman mereka tidak cukup serius untuk diungkapkan.
Berkaca dari kasus P Diddy, ada kemungkinan bahwa beberapa orang di industri ini berpikir bahwa pelecehan adalah bagian dari 'permainan'.
Pada akhirnya, korban mungkin merasa tidak ada gunanya untuk berbicara.
Kejadian-kejadian yang terungkap terkait P Diddy menunjukkan pentingnya memberikan suara kepada korban.
Berani mengungkapkan pengalaman seperti yang dilakukan Cassie diharapkan membuat lebih banyak korban berani speak up karena merasa ada dukungan.
Selain itu, Cassie Ventura juga seolah telah membuka pintu bagi korban lain untuk berbicara dan mengubah budaya yang selama ini mendorong mereka untuk diam.
Baca Juga: Skandal P Diddy dan Justin Bieber Menyoroti Dugaan Pelecehan Seksual pada Laki-Laki
(*)
Ken Devina