Berdasarkan ulasan tim PARAPUAN yang sudah menyaksikan, salah satu adegan yang menarik adalah ketika seorang bos Yakuza menyatakan bahwa tidak akan ada ninja yang akan membunuh mereka.
Namun ternyata ninja yang datang adalah seorang perempuan.
Ninja itu adalah 13 dan Umbra, mereka berhasil menghabisi seluruh geng Yakuza, bahkan bos nya.
Adegan lain yang tak kalah menarik adalah saat 13 harus menghadapi puluhan mafia laki-laki seorang diri demi menemukan dan melindungi seorang anak bernama Monji.
Bahkan 13 pun mencoba melindungi teman lelakinya yang bernama Jeki untuk menyelamatkannya dari incaran para mafia.
Selain itu, pertarungan epik juga diperlihatkan antara 13 dan Umbra, dua perempuan yang notabennya guru dan murid.
Pertarungan keduanya memperlihatkan bahwa perempuan bisa menjadi karakter utama yang kuat, berjuang berdasarkan prinsip dan keyakinan mereka.
Keputusan sutradara Timo untuk menempatkan perempuan sebagai pusat dalam genre aksi merupakan langkah yang berani dan inovatif, terutama dalam dunia perfilman Indonesia yang seringkali dipenuhi dengan karakter laki-laki.
Baca Juga: Sinopsis Film The Shadow Strays, Aksi Misi Balas Dendam yang Penuh Ketegangan
The Shadow Strays berupaya mematahkan stereotip gender yang biasanya ada dalam film aksi, dan menyuguhkan perspektif baru yang lebih matriarkal.
Di mana perempuan tampil sebagai pemimpin, pelindung, dan petarung yang tak kalah hebat dari laki-laki.
Dalam dunia yang keras dan penuh bahaya, karakter utama perempuan menunjukkan kekuatan dan kepemimpinannya.
Melalui film ini, Timo ingin memperlihatkan bahwa perempuan juga bisa menjadi penguasa dalam situasi penuh tantangan.
Dalam sistem matriarki, kekuatan perempuan bukan hanya dalam peran domestik, tetapi juga dalam ranah sosial dan publik, bahkan di dunia kriminal seperti yang digambarkan dalam film ini.
Di tengah dominasi narasi maskulin, film ini menampilkan kekuatan, ketangguhan, dan kehadiran perempuan yang berani di layar lebar.
Bukan hanya sebagai pendamping atau korban, tetapi sebagai tokoh utama yang menggerakkan cerita.
(*)
Ken Devina