Acara ini diselenggarakan untuk memberikan dukungan yang dibutuhkan oleh mereka yang mengalami tantangan kesehatan mental.
“Menggambar dapat membantu mengekspresikan emosi yang sulit diungkapkan dengan kata-kata, mengurangi stres, serta meningkatkan kesadaran diri," ungkap Offie Dwi Natalia, seorang psikolog, saat workshop seni yang diadakan di Menara Rajawali, Jakarta Selatan pada Rabu (30/10/2024).
"Seperti yang disarankan oleh Gemini AI, menyalurkan kreativitas melalui kegiatan seperti menggambar dapat menjadi langkah awal yang baik untuk mengelola kesehatan mental,” tambahnya.
Dalam acara tersebut, peserta diajak untuk menggali potensi kreativitas mereka sebagai salah satu cara untuk mengekspresikan emosi dan mengatasi perasaan yang sulit diungkapkan.
Kegiatan menggambar dalam workshop ini tidak hanya berfungsi sebagai sarana ekspresi, tetapi juga memberikan ruang bagi individu untuk menjelajahi emosi mereka.
Kawan puan, di dunia yang sering kali terasa penuh tekanan, mengintegrasikan seni ke dalam rutinitas harian bisa menjadi langkah awal yang efektif menuju kesehatan mental yang lebih baik.
Tidak hanya Google Indonesia dan Offartsy yang berupaya mendukung kesehatan mental, platform seperti YouTube juga mengambil langkah untuk menjaga kesejahteraan mental penggunanya.
YouTube telah berkomitmen untuk membatasi rekomendasi konten tertentu yang dapat berpotensi merugikan kesehatan mental.
Baca Juga: Bagaimana Cara Ibu Bekerja Jaga Kesehatan Mental agar Tak Burnout?
Beberapa jenis konten, jika ditonton berulang kali, dapat memengaruhi kesehatan mental, seperti konten yang menampilkan agresi sosial atau membandingkan fitur fisik.
Ini adalah langkah positif untuk menciptakan ruang yang lebih aman dan mendukung bagi generasi muda.
Dengan pendekatan multifaset ini, Google berkomitmen untuk membuka percakapan tentang kesehatan mental, meningkatkan kesadaran, dan menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk mendukung kesejahteraan mental masyarakat.
Di bulan yang penuh dengan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental ini, harapannya adalah agar semakin banyak individu, terutama kawan puan, yang merasa terdorong untuk berbagi cerita dan mencari dukungan.
Sehingga kita dapat bersama-sama mengurangi stigma dan membangun lingkungan yang lebih inklusif bagi semua.
(*)
Ken Devina