"Kalau selama ini saya berpengalaman menggarap film atau series bergenre action, horor, kini saya menggabungkannya menjadi sebuah thriller yang lebih kompleks dan daya mencekam lebih dahsyat dengan kemunculan mayit-mayit hidup," imbuhnya.
Mengapa Disebut Mayat Bukan zombie?
Fajar Martha Santosa mengungkapkan bahwa dalam proses berkarya bersama para tim creator and story development, mereka senang berimajinasi dengan memasukkan hal-hal yang konteksnya lokal.
"Waktu itu kami membayangkan kalau dunia sudah mengenal zombie. Jauh sebelum Zona Merah dibuat. Dan jangan salah, itu menguntungkan. Kita tidak perlu membuat kerumitan lain soal zombie," ujar Fajar Sentosa.
"Nah, karena kami juga ingin punya zombie kita sendiri, maka dipilihlah nama yang dikenal luas oleh masyarakat Indonesia yaitu mayit," jelasnya.
Lebih lanjut, Fajar juga menjelaskan bahwa sosok mayit ini cukup unik dan kental akan unsur lokal.
"Nah ini berkaitan dengan treatment yang kami lakukan. Mayit kita ini lokal. Selokal kamu akan ketemu mayit yang pakai sarung, nggak pakai sepatu, pakai kebaya, ompong dan lain-lain," imbuhnya.
Baca Juga: Sinopsis Series Go Back Lover, Drama China yang Sedang Viral di TikTok