Parapuan.co - Kasus kekerasan terhadap anak terus mengalami peningkatan, memperlihatkan tren yang sangat mengkhawatirkan.
Dampak kekerasan anak tidak hanya terlihat pada fisik mereka, namun juga memengaruhi kondisi psikologis, sosial, dan perkembangan masa depan mereka.
Kekerasan fisik, seperti pemukulan dan penganiayaan, meninggalkan luka fisik serta bekas psikologis yang bisa memengaruhi kehidupan mereka hingga dewasa.
Lebih dari itu, anak-anak—terutama anak perempuan—sering kali menjadi korban kekerasan seksual yang dilakukan oleh orang-orang terdekat, termasuk anggota keluarga sendiri. Jenis kekerasan ini menimbulkan trauma mendalam yang sulit untuk disembuhkan seumur hidup.
Menurut data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (SIMFONI-PPA) dari Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), ribuan anak di berbagai wilayah di Indonesia tercatat menjadi korban kekerasan setiap tahunnya.
Sejak Januari hingga pertengahan Agustus 2024, sebanyak 15.267 anak tercatat menjadi korban kekerasan di Indonesia, berdasarkan data SIMFONI-PPA. Angka ini mencakup berbagai bentuk kekerasan, mulai dari fisik, psikis, seksual, hingga eksploitasi, trafficking, dan penelantaran.
Salah satu kekerasan yang makin sering terjadi adalah kekerasan yang terjadi di ranah online.
Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Arifah Fauzi, meresmikan kegiatan percontohan program Dukungan Psikososial “Cerdas Berinternet” bagi anak-anak di SMA Negeri 96 Jakarta pada Jumat (1/11).
Dalam sambutannya, Menteri PPPA menyampaikan bahwa internet dapat memberikan dampak positif bagi anak-anak jika digunakan dengan bijaksana.
Baca Juga: Mengenal Sosok Menteri PPPA di Kabinet Merah Putih, Arifatul Choiri Fauzi
“Hari ini, kita bersama-sama akan belajar caranya untuk menjadi pengguna internet yang bijak. Selain itu, kita juga akan banyak berdiskusi terkait situasi berbahaya yang dapat mengancam kita di dalam dunia daring dan bagaimana caranya agar terhindar dari situasi tersebut."
"Tentu internet dan media sosial menjadi bagian yang sulit untuk dipisahkan dari kehidupan kita saat ini, namun yakinlah bahwa kalian punya kekuatan untuk menjadi generasi cerdas digital, sehingga kehadiran internet ini dapat memberikan lebih banyak dampak positif bagi diri kita asalkan bisa menggunakannya dengan baik,” ujar Menteri PPPA.
Program Dukungan Psikososial “Cerdas Berinternet” ini bertujuan memberikan pemahaman kepada anak-anak melalui psikoedukasi, meliputi deteksi dini dan perlindungan diri di dunia digital.
Program ini juga membantu memetakan kerentanan anak di dunia maya melalui screening adiksi internet, untuk mengetahui potensi kerentanan dan menyusun rencana tindak lanjut bagi anak-anak yang memerlukan intervensi.
“Anak-anak harus cermat sebelum menyebarluaskan informasi atau berita. Mereka harus tahu sumber informasi tersebut dan mengecek kebenarannya,” kata Menteri PPPA.
Menteri PPPA berharap kegiatan ini dapat menjadi contoh yang baik dan diimplementasikan lebih luas. “Selain itu, saya juga berharap agar para kepala daerah memberikan perhatian lebih terhadap isu perlindungan anak,” tambahnya.
Pada kesempatan yang sama, Pj. Gubernur DKI Jakarta, Teguh Setyabudi, menekankan bahwa perkembangan teknologi digital membawa banyak manfaat, tetapi juga menghadirkan tantangan, terutama dalam melindungi anak dari kekerasan berbasis gender online (KBGO), judi daring, peretasan data, dan kecanduan gadget.
“Pada 2024, tercatat 27 kasus KBGO yang melibatkan anak-anak. Fenomena ini tentu saja bagaikan gunung es, yaitu kasus yang dilaporkan kemungkinan jauh lebih sedikit dibandingkan yang terjadi secara faktual," kata Teguh. (*)
Baca Juga: Menteri PPPA Arifatul Choiri Fauzi Siap Lanjutkan Perjuangan Hak Perempuan dan Anak