Melansir The Guardian, sejak kekalahan Hillary Clinton, banyak perubahan telah terjadi di Amerika.
Kekalahan Hillary Clinton dan kemenangan Donald Trump memicu gerakan perempuan yang lebih besar.
Mereka turun ke jalan, membentuk kelompok perlawanan, membantu memilih rekor jumlah perempuan ke Kongres pada 2018, dan menciptakan perubahan besar melalui gerakan #MeToo.
Mereka juga mengalami kehilangan hak aborsi akibat keputusan Mahkamah Agung yang mencabut Roe v. Wade, yang kemudian mendorong mereka untuk mendukung Demokrat di berbagai pemilu.
Meski Kamala Harris menghindari sorotan gendernya, ia aktif berkampanye untuk hak-hak perempuan.
"Ia mungkin tidak merangkai isu-isu berdasarkan gender, tetapi Harris adalah presiden atau wakil presiden pertama yang mengundang penyedia aborsi ke Gedung Putih dan mengunjungi penyedia aborsi," kata Christina Reynolds.
Christina Reynolds adalah seorang wakil direktur senior bidang komunikasi untuk komite aksi politik pendukung kandidat perempuan, Emily’s List.
Sejak pencabutan Roe v. Wade, hak aborsi menjadi isu utama bagi pemilih, khususnya perempuan.
Sebuah survei dari Pew Research Center pada Mei 2024 menunjukkan bahwa 63 persen orang Amerika mendukung legalisasi aborsi dalam sebagian besar kasus.