Parapuan.co - Fenomena childfree atau keputusan untuk tidak memiliki anak semakin populer di kalangan perempuan usia produktif di Indonesia.
Berdasarkan kajian Direktorat Analisis dan Pengembangan Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) dalam artikel DATAin Edisi 2023 berjudul "Menelusuri Jejak Childfree di Indonesia", keputusan childfree kini menjadi pilihan hidup yang semakin sering diambil oleh perempuan Indonesia.
Childfree, dalam konteks ini, merujuk pada keputusan individu dewasa atau pasangan untuk tidak memiliki anak.
Baik itu memiliki anak secara biologis maupun melalui adopsi, yang jelas childfree tidak ada kaitannya dengan faktor kesehatan reproduksi.
Berikut informasi lengkap terkait data kajian BPS "Menelusuri Jejak Childfree di Indonesia" sebagaimana dikutip PARAPUAN dari Kompas.com!
Peningkatan Tren Childfree di Indonesia
Data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2022 menunjukkan bahwa persentase perempuan childfree di Indonesia terus meningkat dalam empat tahun terakhir.
Hal ini menjadi salah satu poin yang ditulis oleh Yuniarti dan Satria Bagus Panuntun dalam artikel Susenas tersebut, yakni berbunyi:
"Persentase perempuan childfree di Indonesia cenderung meningkat dalam empat tahun terakhir."
Baca Juga: Dari Sudut Pandang Psikologi, Ini Alasan Perempuan Memilih Childfree
"Meskipun prevalensinya sedikit tertekan di awal pandemi Covid-19, namun persentasenya kembali menanjak di tahun-tahun," lanjut artikel tadi.
Senada dengan itu, data yang diolah oleh BPS pada 2022 mencatat sekitar 71.000 perempuan berusia 15-49 tahun yang pernah menikah namun belum memiliki anak, dan tidak menggunakan alat kontrasepsi, memilih untuk hidup tanpa anak.
"Menurut hasil Susenas 2022, persentase perempuan childfree di Indonesia saat ini sekitar 8 persen, hampir setara dengan 71.000 orang," demikian bunyi kajian DATAin BPS.
Faktor-Faktor yang Mendorong Keputusan Childfree
Childfree kerap kali dikaitkan dengan menurunnya angka Total Fertility Rate (TFR), atau rata-rata jumlah anak yang dilahirkan oleh seorang perempuan selama masa reproduksinya.
TFR di Indonesia memang mengalami penurunan sejak tahun 1971 berdasarkan Sensus Penduduk BPS, dengan salah satu penyebabnya adalah meningkatnya jumlah perempuan yang memilih untuk childfree.
Kajian BPS menyebut, "Selain keputusan untuk memiliki lebih sedikit anak, tren penurunan TFR juga mengindikasikan semakin banyak perempuan yang menunda untuk memiliki anak, dan bahkan sebagian diantaranya memilih untuk childfree."
Tidak hanya di Indonesia, tren childfree juga terjadi secara global.
Hal ini menandakan bahwa makin lama, makin sedikit anak yang dilahirkan oleh perempuan dalam kehidupannya.
Baca Juga: Mengenal Istilah Dink atau Hidup Tanpa Anak, Apa Bedanya dengan Childfree?
Dampak dan Prediksi Tren Childfree ke Depan
Peningkatan persentase perempuan childfree selama empat tahun terakhir diprediksi akan terus meningkat.
"Jika tren ini berlanjut terus menerus, maka Indonesia beresiko kehilangan segmen generasi tertentu dalam piramida penduduk," bunyi kajian DATAin BPS.
Hal ini menunjukkan bahwa keputusan untuk tidak memiliki anak dapat berdampak langsung pada struktur demografi, terutama pada bagian piramida penduduk di Indonesia.
Dengan tren ini yang diperkirakan berlanjut, Indonesia menghadapi tantangan terkait regenerasi penduduk.
Fenomena ini menunjukkan bagaimana pilihan hidup, seperti childfree, berpotensi mempengaruhi demografi Indonesia di masa depan.
Demikian tadi survei tentang meningkatnya fenomena childfree di Indonesia.
Kalau Kawan Puan sendiri tim yang memilih childfree atau enggak, nih? Apapun pilihan Kawan Puan, semoga yang terbaik untukmu, ya.
Baca Juga: Studi Sebut 45 Persen Perempuan Pilih Single dan Childfree di 2030, Apa Sebabnya?
(*)