Gejala sesak napas ditandai oleh usaha bernapas ekstra atau terlihatnya gerakan napas melalui cuping hidung.
Kondisi ini menunjukkan anak kekurangan oksigen. Jika anak mengalami tanda-tanda tersebut, segera bawa ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
Salah satu penyebab utama pneumonia adalah paparan asap rokok. Anak-anak yang tinggal di lingkungan dengan orang tua perokok lebih rentan terkena pneumonia dibandingkan dengan anak-anak yang orang tuanya tidak merokok.
Prof. Dante juga menegaskan bahwa kebiasaan merokok tidak hanya membahayakan kesehatan perokok itu sendiri, tetapi juga melemahkan kondisi paru-paru anak.
Dampak Pneumonia di Indonesia dan Upaya Penanganan
Menurut Plt Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr. Yudhi Pramono, MARS, pneumonia merupakan salah satu penyebab kematian terbesar pada balita di Indonesia.
Data WHO 2021 menunjukkan pneumonia menyumbang 14% dari total kematian balita di dunia, dengan angka mencapai 740 ribu anak di bawah usia lima tahun.
Di Indonesia, pneumonia menjadi penyakit dengan biaya pengobatan tertinggi berdasarkan data BPJS Kesehatan 2023, yaitu sebesar Rp 8,7 triliun. Angka ini melampaui biaya untuk penyakit tuberculosis (TB), penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), asma, dan kanker paru. Pemerintah Indonesia berkomitmen mendukung tujuan SDGs untuk menurunkan angka kematian balita akibat pneumonia hingga 70% secara nasional.
Baca Juga: Usia Sampai Gaya Hidup Jadi Faktor Risiko Pneumonia pada Orang Dewasa