Parapuan.co - Dalam keluarga, caregiver atau pengasuh orang tua lanjut usia cukup melekat pada diri anak perempuan.
Terjadi bukan tanpa alasan, anak perempuan kerap dianggap memiliki hubungan emosional yang lebih kuat dengan orang tuanya, dibanding anak laki-laki.
Bukan hanya soal hubungan emosional, norma sosial dan budaya rupanya juga memainkan peran besar dalam menentukan peran gender dalam keluarga.
Dalam banyak budaya, termasuk di Indonesia, perempuan diharapkan memiliki sifat yang lebih merawat dan peduli dibandingkan laki-laki.
Harapan ini sering kali berasal dari nilai-nilai tradisional yang melihat perempuan sebagai penjaga rumah tangga dan keluarga.
Menurut Caregiver Family Alliance, anak perempuan sering kali dibesarkan dengan tugas-tugas rumah tangga dan perawatan anggota keluarga yang mempersiapkan mereka untuk peran pengasuh di kemudian hari.
Di sisi lain, ada tantangan tersendiri yang dihadapi anak perempuan apabila mereka juga pekerja sekaligus menjadi caregiver orang tua.
Sulitkah menjadi perempuan bekerja sekaligus caregiver orang tua?
Ada banyak tantangan yang dihadapi perempuan bekerja sekaligus caregiver orang tua lanjut usia, termasuk dilema peran ganda.
Baca Juga: Hilangnya Figur Ayah, Anak Perempuan Rentan Jatuh pada Pasangan Salah
Menurut laman Family Caregivers Online, perempuan bekerja memiliki serangkaian tanggung jawab dan tuntutan tersendiri di tempat kerja.
Tanggung jawab di tempat kerja ini mencakup berbagai aspek yang kompleks, mulai dari hadir ke kantor, menghadiri berbagai rapat, hingga menangani proyek.
Belum lagi jam kerja yang panjang membuat kamu harus meninggalkan rumah dalam waktu lama.
Di sisi lain, sebagai caregiver orang tua lansia, kamu juga harus memastikan bagaimana kondisi mereka di rumah.
Misalnya, memastikan apakah orang tuamu sudah makan atau apakah mereka beraktivitas dengan aman.
Situasi ini akhirnya membuat anak perempuan dihadapkan dengan dilema peran ganda.
Di satu sisi, kamu harus bekerja di kantor. Di sisi lain, kamu juga khawatir dengan kondisi orang tua yang ada di rumah.
Bukan hanya dilema peran ganda, perempuan bekerja yang juga menjadi caregiver orang tua lansia rentan mengalami masalah kesehatan mental.
Baca Juga: Konflik dengan Ayah Berdampak pada Kehidupan Asmara Anak Perempuan
Menyeimbangkan karier dan tugas pengasuhan bisa menyebabkan stres, kecemasan, hingga kelelahan emosional yang tinggi.
Secara perlahan dan tidak disadari, situasi ini akhirnya membuat kamu mengalami masalah kesehatan mental, seperti depresi.
Keadaan bisa lebih parah ketika kamu tidak mendapatkan dukungan emosional dari orang lain atau tidak memiliki ruang untuk berbicara.
Kawan Puan, atas penjelasan tersebut, bisa diartikan bahwa memiliki peran ganda antara menjadi caregiver orang tua lansia dan perempuan bekerja bukanlah hal mudah.
Ada berbagai situasi kompleks yang mungkin akan kamu alami, termasuk rasa bimbang akan prioritas pekerjaan atau orang tua.
Bukan hanya itu, menjadi caregiver orang tua juga memiliki risiko perselisihan yang cukup tinggi.
Pasalnya semakin sering interaksi dilakukan, maka semakin besar pula kemungkinan gesekan atau perbedaan pendapat antara kamu dan orang tua.
Kamu mungkin juga akan kehilangan waktu untuk dirimu sendiri karena sudah tersita untuk bekerja dan merawat orang tua.
Baca Juga: Rentan Dialami Para Pengasuh Lansia, Apa Itu Caregiver Burnout?
(*)