Parapuan.co - Di era digital, konsep mukbang yang berarti "siaran makan" dalam bahasa Korea telah menjadi fenomena global.
Dari platform seperti YouTube hingga TikTok, mukbang menawarkan pengalaman unik di mana pembuat konten makan dalam jumlah besar.
Lebih dari itu, terkadang mukbang juga disertai cerita atau interaksi dengan audiens.
Namun, di balik popularitasnya, mukbang menghadirkan beragam sisi kontroversial, mulai dari gaya hidup hingga kesehatan.
Yuk, simak asal-usul mukbang dan kontroversinya sebagaimana dirangkum dari Vox.com di bawah ini!
Asal-Usul Mukbang
Mukbang pertama kali muncul di Korea Selatan pada akhir 2000-an, saat siaran langsung mulai populer.
Pembawa acara biasanya makan sendirian dengan jumlah makanan besar sambil berinteraksi dengan penonton secara langsung.
Pada 2015, mukbang mulai menarik perhatian global ketika video reaksi dari saluran YouTube terkenal seperti Fine Brothers Entertainment menjadi viral.
Baca Juga: 5 Fakta Unik Jin BTS yang Berulang Tahun ke-30, Punya Mukbang Show Sendiri
Tak lama kemudian, konten kreator Barat, seperti Trisha Paytas dan Nikocado Avocado, mengadaptasi format ini, sering kali memadukannya dengan cerita pribadi yang dramatis.
Transformasi Mukbang di Platform Digital
Seiring waktu, mukbang mengalami evolusi signifikan. Di TikTok, batasan durasi video telah menggeser fokus dari konsumsi besar-besaran ke pengalaman yang lebih intim.
Sara Morgan, yang dikenal melalui akun @snackwithsmac, menyebut dirinya sebagai bagian dari budaya "foodie" daripada mukbanger tradisional.
"Saya rasa istilah mukbang kini telah meluas untuk mencakup orang-orang seperti saya yang tidak makan dalam jumlah besar tetapi tetap berbagi pengalaman makan," jelasnya.
Sebaliknya, konten ASMR, yang mengedepankan suara makan seperti kunyahan atau suara makanan yang dituangkan, juga menjadi bagian integral dari mukbang modern.
Nakyah Bourgeois, kreator TikTok lainnya, menjelaskan, "Relaksasi dan kenyamanan selalu menjadi tujuan saya dalam konten saya."
Popularitas dan Kontroversi
Mukbang saat ini tidak hanya terbatas pada individu. Acara seperti Hot Ones dan Mythical Kitchen memanfaatkan format mukbang untuk menampilkan selebritas yang berbicara tentang proyek mereka sembari menikmati makanan.
Baca Juga: 5 Video YouTube Terpopuler di Indonesia Tahun 2021, Banyak Konten Mukbang
Namun, acara-acara ini lebih fokus pada wawancara dan promosi dibandingkan konsumsi makanan besar-besaran.
Di sisi lain, kontroversi tak dapat dihindari. Mukbang sering dikritik karena mempromosikan pola makan tidak sehat.
Shelby Becker, seorang ahli gizi, menyatakan, "Video ini mempromosikan konsumsi makanan yang sering kali jauh lebih banyak dari yang dibutuhkan tubuh untuk nutrisi."
Kasus tragis seperti kematian Pan Xiaoting, seorang mukbanger asal Tiongkok yang meninggal akibat robekan lambung selama siaran 10 jam, menyoroti bahaya kesehatan yang terkait dengan tren ini.
Selain itu, beberapa komunitas penonton memiliki minat yang lebih kontroversial, seperti "feeders" yang menikmati melihat seseorang makan dalam jumlah besar untuk tujuan fetish.
Magdalene J. Taylor, seorang kritikus budaya, menyebut fenomena ini sebagai "fetish yang kontroversial karena dapat merugikan kesehatan individu yang menjadi feedee."
Kembali ke Akar Mukbang
Meski mukbang telah mengalami banyak perubahan, nilai utama yang ditawarkan masih relevan: menciptakan pengalaman bersama di dunia yang semakin terisolasi.
Mukbang kini menjadi lebih dari sekadar tren. Ini adalah cerminan bagaimana budaya digital memengaruhi cara kita makan, berinteraksi, dan bahkan memandang makanan sebagai bagian dari kehidupan.
Namun, di balik popularitasnya, penting bagi pembuat konten dan penonton untuk tetap memperhatikan aspek kesehatan dan etika dalam menyajikan serta mengonsumsi makanan.
Baca Juga: YouTuber Tzuyang Tetap Langsing Meski Makan Banyak saat Mukbang, Dokter Ungkap Kondisi Ini
(*)