Parapuan.co - Kawan Puan, berbicara mengenai stereotip gender dalam rumah tangga mungkin tidak akan ada habisnya.
Kita, perempuan, barangkali sering mendengar, melihat, atau merasakan sendiri betapa stereotip gender di rumah tangga masyarakat Indonesia masih sangat kental.
Stereotip gender dalam rumah tangga ini sesederhana menganggap laki-laki harus bekerja, perempuan mengurus pekerjaan domestik dan mengasuh anak.
Padahal, pekerjaan domestik yang dikerjakan perempuan di rumah seperti menyapu, memasak, cuci baju, dan lain-lain, bisa dilakukan juga oleh laki-laki.
Peran laki-laki dalam rumah tangga bukan sebatas pencari nafkah, tapi juga seperti perempuan yang mungkin bekerja, mengasuh anak, dan menyelesaikan pekerjaan domestik.
Berdasarkan pengalaman penulis, stereotip gender di dalam rumah tangga masih banyak ditemukan karena pandangan mengenai patriarki.
Pandangan patriarki tidak memandang generasi, dan bisa terjadi pada milenial, Gen Z, atau generasi alpha nanti dan seterusnya nanti.
Maka itu, stereotip gender di rumah tangga mesti segera dihapus. Minimal, kita memulainya dari rumah tangga kita sendiri.
Bagaimana caranya? Berikut beberapa cara yang bisa dilakukan sebagaimana dirangkum dari laman resmi UN Women!
Baca Juga: Seberapa Penting Peran Ayah di Rumah untuk Menciptakan Kesetaraan Gender? Ini Kata Ahli
1. Berbagi Tugas Rumah Tangga
Tugas seperti memasak, membersihkan rumah, mengasuh anak, atau merawat orang tua sering dianggap sebagai tanggung jawab perempuan.
Data menunjukkan bahwa perempuan melakukan tiga kali lebih banyak pekerjaan domestik yang tidak dibayar dibandingkan laki-laki.
Ketidakseimbangan ini menghalangi perempuan untuk memiliki kesempatan yang sama dalam pendidikan, pekerjaan berbayar, atau waktu luang.
Dengan berbagi tugas secara adil, baik laki-laki maupun perempuan dapat menikmati kesempatan yang setara dalam kehidupan sehari-hari.
2. Mendukung Pemberdayaan Ekonomi Perempuan
Perempuan memainkan peran penting dalam ekonomi, baik sebagai pekerja, wirausaha, maupun petani.
Namun, ketidaksetaraan di rumah, seperti kurangnya dukungan dalam tugas domestik, sering menjadi penghalang bagi perempuan untuk mencapai potensi penuh mereka.
Dengan memberikan dukungan dan ruang bagi perempuan untuk berkembang di dunia kerja, keluarga dapat berkontribusi langsung pada penghapusan kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi yang inklusif.
Baca Juga: Pemberdayaan Perempuan dalam Kewirausahaan yang Berperspektif Gender
3. Merayakan Maskulinitas Positif
Maskulinitas tradisional sering kali menekan laki-laki untuk tidak terlibat dalam pekerjaan rumah tangga atau menunjukkan emosi mereka secara terbuka.
Hal ini tidak hanya merugikan laki-laki, tetapi juga memperkuat ketidaksetaraan gender di rumah tangga.
Dengan mendorong laki-laki untuk lebih terlibat dalam pekerjaan domestik dan menjadi komunikator yang sehat, keluarga dapat membangun lingkungan yang lebih setara sekaligus mencegah kekerasan berbasis gender.
4. Memberdayakan Generasi Selanjutnya
Generasi muda adalah penggerak perubahan menuju dunia yang lebih adil.
Pendidikan dan dukungan di rumah berperan penting dalam membentuk pandangan mereka terhadap kesetaraan gender.
Dengan mendidik anak-anak tentang hak-hak perempuan dan pentingnya kesetaraan, keluarga memastikan bahwa nilai-nilai tersebut tertanam kuat dalam kehidupan mereka.
5. Mengakhiri Praktik yang Merugikan Perempuan
Baca Juga: Hari Anak Nasional, Begini Mengajarkan Kesetaraan Gender pada Anak Sejak Dini
Beberapa praktik tradisional, seperti mutilasi genital perempuan (FGM) atau sunat pada anak perempuan, tidak hanya melanggar hak-hak perempuan, tetapi juga mengancam kesehatan fisik dan mental mereka.
Kebanyakan praktik ini dilakukan pada anak-anak perempuan, yang memperburuk dampaknya.
Keluarga harus menjadi benteng pertama dalam melindungi perempuan dari praktik-praktik berbahaya ini dengan menolak norma-norma yang merugikan tersebut.
Menghapus stereotip gender di rumah tangga adalah langkah awal menuju dunia yang lebih adil.
Dari membagi tugas rumah hingga merayakan maskulinitas positif, setiap tindakan kecil yang dilakukan di rumah dapat memberikan dampak besar bagi masyarakat.
Dengan mempromosikan nilai-nilai kesetaraan, keluarga tidak hanya menciptakan lingkungan yang harmonis tetapi juga menjadi bagian penting dalam membangun masa depan yang lebih inklusif.
Sekali lagi, semua harus dimulai dari diri sendiri dan orang-orang terdekat kita.
Untuk menghapus stereotip gender di rumah tangga, mulailah menerapkan keadilan gender dan inklusivitas dalam kehidupan sehari-hari bersama pasangan dan anak-anak kita.
Baca Juga: Terbebas dari Belenggu Stigma, Ini Pentingnya Merayakan Setiap Pilihan Perempuan
(*)