Parapuan.co - Kawan Puan tentu tak asing dengan istilah penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome).
AIDS adalah kondisi saat sistem kekebalan tubuh seseorang sangat lemah akibat terinfeksi virus HIV (Human Immune Deficiency Virus).
Meski bisa menyerang siapa pun di berbagai kalangan usia, HIV identik dengan penyakit yang menyerang perempuan.
Lantas, bisakah perempuan positif HIV melahirkan anak yang sehat dan tidak tertular?
Pertanyaan di atas kerap muncul, tak terkecuali di benak kita semua.
Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan peningkatan kasus HIV di Indonesia pada tahun 2023 lalu.
Sebanyak 35 persen diantaranya adalah ibu rumah tangga, dan 0,3 persen adalah ibu hamil.
Tentunya, hal ini merupakan masalah kesehatan yang serius, karena ibu hamil pengidap HIV berisiko tinggi menularkan HIV pada anaknya.
Dalam rangka Hari AIDS Sedunia 2024, peringatan ini turut menyoroti komitmen global untuk memerangi HIV dan AIDS.
Baca Juga: Hari AIDS Sedunia, Ini Perbedaan PEP, PrEP, dan ARV untuk Pengobatan HIV
Tahun ini, Hari AIDS Sedunia membahas topik penting mengenai apa yang terjadi ketika perempuan positif HIV hamil.
Merangkum dari laman Herzindagi, dokter Swati Rai, konsultan ginekologi dan ahli bedah laparoskopi menjelaskan lengkapnya.
AIDS pada Perempuan Hamil
Seperti yang sudah dijelaskan, HIV adalah virus yang melemahkan sistem kekebalan tubuh.
Sehingga, tubuh menjadi lebih sulit dalam melawan infeksi.
Gejala HIV ini pun beragam mulai dari demam, sakit tenggorokan, hingga nyeri otot dan sendi yang hebat.
Bagi perempuan pengidap HIV, menjaga kesehatan mereka menjadi lebih penting karena virus ini dapat memengaruhi kehamilan dan bayi yang baru lahir.
Dokter Swati Rai menekankan bahwa perempuan yang positif hamil dapat memiliki bayi negatif HIV apabila perawatannya tepat.
Baca Juga: Selain melalui Hubungan Intim, Ternyata Begini Cara Penularan HIV/AIDS
"Seorang perempuan yang positif HIV masih dapat memiliki bayi yang sehat dengan intervensi tepat waktu, perawatan lanjutan, dan perawatan yang tepat," kata dokter Swati Rai.
Apa yang Terjadi saat Perempuan Positif HIV Hamil?
Ketika seorang perempuan positif AIDS hamil, ada risiko penularan virus ke janin selama kehamilan, persalinan, atau menyusui.
Namun, kabar baiknya bahwa dengan perawatan medis yang tepat dan terapi antiretroviral (ARV), risiko dapat dikurangi secara signifikan.
"Pengobatan antiretroviral (ARV) yang efektif sangat penting untuk mencegah penularan HIV dari ibu ke anak selama kehamilan, persalinan, dan menyusui," jelasnya.
Perempuan yang positif HIV/AIDS juga lebih mungkin melahirkan prematur.
Hal ini meningkatkan kemungkinan komplikasi, termasuk berat bada lahir rendah dan keterlambatan perkembangan bayi.
Dokter Swati Rai menegahkan bahwa terapi ARV yang konsisten perlu dilakukan untuk memantau kondisi kesehatan secara teratur.
Kehamilan dengan HIV merupakan perjalanan yang rumit, namun tetap bisa diatasi dengan perawatan dan dukungan medis.
Hari AIDS Sedunia 2024 menjadi peringatan bahwa kemajuan dalam pengobatan HIV dapat membantu perempuan yang positif HIV mencapai impian mereka sebagai ibu.
Bisa diartikan bahwa tidak ada perempuan yang harus meninggalkan mimpi mereka.
Termasuk, mimpi perempuan yang positif HIV untuk melahirkan anak sehat dan menjadi ibu.
Baca Juga: Berbagai Tanda dan Gejala HIV yang Sedang Dibahas Viral di TikTok
(*)