"Budaya patriarki di Indonesia sebelumnya menempatkan laki-laki sebagai penyedia utama (breadwinner), namun kini perempuan telah masuk ke ranah ini, menciptakan tantangan baru dalam harapan terhadap pasangan," imbuhnya.
Lantas, apakah kemandirian perempuan merupakan motivasi atau justru menjadi ancaman bagi laki-laki? Jawabannya, 50:50. Bisa iya, bisa tidak.
Respons dari Laki-Laki
Video viral Prilly yang berbicara mengenai perempuan independen tidak hanya dikomentari oleh laki-laki yang tidak terima, tapi juga mereka yang menerima faktanya.
Ada tipe laki-laki yang merasa wajar jika perempuan ingin berpasangan dengan laki-laki yang lebih mapan darinya.
Pasalnya untuk berada di posisi/jabatan kerja yang sama, perempuan sering kali melalui perjalanan yang lebih sulit dibandingkan laki-laki. Coba pahami apa yang disampaikan pengguna TikTok @zahidibr berikut:
@zahidibr Prilly Latuconsina membuat komentar tentang menurunnya angka pernikahan karena banyaknya wanita yang semakin independent sedangkan laki-laki yang mapan jumlahnya tidak seberapa. Buatku kontroversial hal ini adalah sesuatu yang bagus karena kita jadi dapat mendiskusikan dan mempertanyakan pemahaman-pemahaman yang secara tradisional tertanam di masyarakat kita.
♬ Clair de lune/Debussy - もつ
Di sisi lain, banyak laki-laki merasa terintimidasi dengan keberhasilan perempuan yang mandiri.
Hal ini sering berkaitan dengan ekspektasi tradisional bahwa laki-laki harus menjadi pihak yang lebih dominan, terutama dalam hal finansial.
Stigma sosial ini dapat menciptakan ketegangan, bahkan memperbesar kesenjangan dalam hubungan romantis.