Rasa Sakit Perempuan Kerap Diabaikan, Ini Wajah Bias Gender dalam Dunia Medis

Tim Parapuan - Sabtu, 7 Desember 2024
kondisi medis penyebab ketidakpuasan seksual
kondisi medis penyebab ketidakpuasan seksual torwai

Banyak perempuan melaporkan bahwa keluhan mereka terkait kesehatan reproduksi, seperti nyeri endometriosis, persalinan, dan pemasangan IUD, sering diabaikan akibat bias terhadap persepsi rasa sakit.

Penelitian juga menemukan bahwa perempuan lebih peka terhadap rasa sakit dibandingkan laki-laki dan cenderung lebih ekspresif dalam mengungkapkannya.

Baca Juga: Perempuan Karier di Industri Teknologi Masih Jadi Minoritas: Hadapi Tantangan Bias Gender

Sayangnya, hal ini sering membuat keluhan rasa sakit mereka dianggap berlebihan daripada sebagai fakta medis yang nyata.

Kasus serupa juga ditemukan dalam kondisi medis serius seperti serangan jantung.

Menurut laporan dari Jurnal Asosiasi Jantung Amerika, perempuan yang mengunjungi unit gawat darurat dengan keluhan nyeri dada harus menunggu 29 persen lebih lama dibandingkan laki-laki untuk diperiksa kemungkinan serangan jantung.

Data ini menunjukkan adanya bias medis yang mendalam terhadap perempuan dalam penanganan kondisi serius.

Langkah Perbaikan dalam Dunia Medis

Bias gender ini tidak hanya berdampak pada fisik, tetapi juga psikologis.

Banyak perempuan yang mulai meragukan dirinya sendiri setelah berkali-kali mendengar bahwa rasa sakit mereka "tidak nyata".

Contohnya, seorang perempuan yang akhirnya mengetahui bahwa tumor fibroid di rahimnya adalah sumber nyeri panggul setelah sebelumnya dirujuk ke psikiater oleh sejumlah dokter yang tidak menemukan penyebab keluhan fisiknya.

Kawan Puan, meski tantangan ini besar, ada langkah menuju perbaikan.

Baca Juga: Wamen PPPA Dorong Perempuan Berdaya Ekonomi untuk Putus Rantai Kekerasan

National Institutes of Health (NIH) mewajibkan jenis kelamin untuk dianggap sebagai variabel biologis dalam sebagian besar penelitian yang didanainya.

Selain itu, hampir 95 persen mahasiswa kedokteran Amerika menyatakan bahwa perbedaan gender harus dimasukkan dalam kurikulum medis.

Namun, perjalanan masih panjang, para ahli menekankan bahwa perawatan medis harus fokus pada rasa sakit yang dirasakan pasien, bukan asumsi berdasarkan bias.

Bias gender dalam dunia medis menunjukkan bagaimana kebutuhan perempuan sering kali tidak dianggap serius.

Rasa sakit mereka, baik dalam kondisi kronis maupun akut, sering kali diabaikan atau disalahartikan.

Maka, penting bagi kita, untuk terus memperjuangkan kesetaraan dalam layanan kesehatan.

Tubuh perempuan berhak mendapatkan perhatian yang sama seriusnya seperti laki-laki, tanpa bias atau stereotip yang membatasi.

 

(*)

Ken Devina

Sumber: washingtonpost.com
Penulis:
Editor: Citra Narada Putri


REKOMENDASI HARI INI

Rasa Sakit Perempuan Kerap Diabaikan, Ini Wajah Bias Gender dalam Dunia Medis