Parapuan.co - Kawan Puan, baru-baru ini viral di media sosial kejadian Miftah Maulana melontarkan candaan kepada penjual es teh yang bernada ejekan.
Candaan yang dilontarkan Miftah Maulana viral di media sosial dan menuai protes dari publik karena dianggap sudah keterlaluan.
Sebenarnya, bercanda adalah salah satu cara manusia berkomunikasi, menciptakan kebahagiaan, dan menghubungkan diri dengan orang lain.
Namun, candaan yang tidak bijak dapat melukai hati, bahkan menciptakan konflik.
Oleh karenanya dalam konferensi International Society of Humor Studies tahun 2024, Dr. Thomas Wilk dan Dr. Steve Gimbel, profesor filsafat di Widener University dan Gettysburg College, membahas pentingnya etika dalam humor.
Yuk, simak informasi tentang pentingnya etika dalam humor seperti diungkap para ahli tersebut sebagaimana merangkum Psychology Today!
Mengapa Etika Penting dalam Humor?
Menurut Dr. Thomas Wilk dan Dr. Steve Gimbel (selanjutnya disebut Wilk dan Gimbel), humor berhubungan erat dengan etika karena dapat membawa pesan tersembunyi yang memengaruhi audiens.
Mereka menyoroti fenomena di mana seseorang mengatakan hal yang tidak pantas dan mencoba membenarkan pernyataannya dengan alasan "hanya bercanda".
Baca Juga: Mengenal 7 Jenis Lelucon, Prank seperti Dilakukan Baim Wong Tidak Termasuk!
Dalam banyak kasus, candaan bisa menjadi sarana untuk mengungkapkan pandangan yang sebenarnya tanpa bertanggung jawab atas dampaknya.
Humor juga menjadi topik perdebatan dalam budaya populer, misalnya mengenai materi komedi yang menyinggung kelompok tertentu, seperti candaan Dave Chappelle tentang transgender, atau "jokes" Natasha Leggero tentang veteran perang.
Perdebatan ini memunculkan pertanyaan: kapan humor melampaui batas dan menjadi tidak etis?
Pendekatan terhadap Etika Humor
Dr. Wilk dan Dr. Gimbel menjelaskan tiga pendekatan umum terhadap etika humor:
1. Pendekatan Restriktif
Pendekatan ini mengutamakan keselamatan dan menghindari candaan yang berpotensi melukai.
Pandangan ini menilai bahwa karena humor dapat menyakitkan, semua candaan yang berisiko menimbulkan kerugian harus dihindari.
2. Pendekatan Bebas
Baca Juga: Belajar Sambil Bermain, Ini 6 Humor Halloween Bahasa Inggris untuk Anak
Di sisi lain, beberapa komedian dan filsuf percaya bahwa candaan hanya candaan dan tidak perlu dianggap terlalu serius.
Dalam pandangan ini, kebebasan berekspresi harus menjadi prioritas utama, dan jika seseorang merasa tersinggung, itu menjadi tanggung jawab mereka sendiri untuk menerima atau mengabaikannya.
3. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan ini mempertimbangkan konteks sosial dan dinamika kekuasaan dalam sebuah candaan atau humor.
Misalnya, candaan yang "memukul ke atas" (menyindir kelompok yang lebih berkuasa) lebih dapat diterima daripada "memukul ke bawah" (menyindir kelompok rentan).
Mengintegrasikan Semua Faktor
Ketiga pendekatan tersebut memiliki nilai positif, tetapi Wilk dan Gimbel menekankan bahwa memahami dampak humor memerlukan pertimbangan lebih kompleks.
Faktor seperti hubungan antarindividu, audiens, dan konteks candaan harus diperhitungkan.
Dalam buku In on the Joke: The Ethics of Humor and Comedy, Wilk dan Gimbel menawarkan pandangan yang lebih mendalam dan seimbang untuk mengevaluasi humor dalam situasi nyata.
Baca Juga: Tak Sekadar Menghadirkan Tawa, Ternyata Ada 3 Keuntungan Lelucon
Tips Bercanda dengan Bijak
Berdasarkan diskusi ini, berikut adalah beberapa panduan agar candaan tidak menyakiti:
- Kenali Audiens
Pahami latar belakang dan sensitivitas orang lain sebelum membuat lelucon.
- Hindari Topik Sensitif
Candaan tentang agama, ras, gender, atau trauma sering kali menyinggung. Hindari jika tidak yakin akan reaksi audiens.
- Perhatikan Konteks
Candaan yang diterima dalam satu situasi bisa jadi tidak pantas di situasi lain.
- Respons Terhadap Kritik
Jika seseorang merasa tersinggung, dengarkan dengan empati dan jangan langsung defensif dengan mengatakan, "Itu hanya bercanda".
Perlu Kawan Puan tahu, humor yang sehat adalah humor yang menyatukan, bukan memecah belah.
Humor adalah seni yang memerlukan kepekaan dan kebijaksanaan.
Semoga setelah kejadian Miftah Maulana, kita bisa belajar untuk bisa lebih beretika, bahkan dalam bercanda.
Baca Juga: 5 Manfaat Bercanda dengan Pasangan, Bisa Menguatkan Hubungan Asmara
(*)