Baca Juga: Apakah Kutil Kelamin Bisa Kambuh? Begini Penjelasan Dokter Spesialis
Salah satunya adalah paparan hormon androgen yang berlebihan selama masa kehamilan, misalnya akibat konsumsi obat tertentu.
Selain itu, tumor yang memengaruhi hormon perkembangan organ kelamin perempuan juga dapat menjadi faktor.
Kondisi genetik seperti hiperplasia adrenal kongenital, yang menyebabkan produksi hormon androgen berlebihan, juga menjadi salah satu penyebab utama pada kasus ini.
Gejala Kelamin Ganda
Pada bayi perempuan, beberapa tanda yang dapat muncul meliputi labia yang tampak membengkak hingga menyerupai skrotum.
Klitoris yang membesar sehingga terlihat seperti penis kecil, dan posisi lubang saluran kemih (uretra) yang berada di sekitar atau di bawah klitoris.
Sedangkan pada bayi laki-laki, gejalanya dapat berupa lubang saluran kemih yang terletak di bawah penis (kondisi yang disebut hipospadia).
Ukuran penis yang kecil sehingga menyerupai klitoris yang membesar, serta tidak ditemukannya testis di dalam kantong skrotum, kondisi yang dikenal sebagai kriptorkismus.
Penanganan Kelamin Ganda
Baca Juga: Selebgram Tasya Farasya Lahirkan Anak Kedua Berjenis Kelamin Laki-Laki
Pengobatan kelamin ganda bertujuan untuk menjaga fungsi seksual dan kesuburan pasien, mencegah tekanan sosial, serta mendukung kesehatan psikologis mereka.
Berikut beberapa pilihan pengobatan yang dapat dilakukan untuk mengatasi ambiguous genitalia:
1. Operasi
Operasi dilakukan untuk membentuk organ kelamin yang sesuai, baik secara fungsi maupun penampilan.
Pada anak perempuan, operasi sering kali dilakukan untuk membuka vagina yang tertutup.
Sedangkan pada anak laki-laki, operasi bertujuan memperbaiki bentuk penis agar dapat berfungsi normal saat dewasa.
2. Terapi Hormon
Jika kelamin ganda disebabkan oleh gangguan hormonal, dokter akan memberikan terapi hormon kepada bayi untuk menyeimbangkan kadar hormon dalam tubuhnya.
Pemberian terapi hormon juga dapat dilakukan pada masa pubertas.
Baca Juga: Selamat, Kahiyang Ayu Melahirkan Anak Ketiga Berjenis Kelamin Laki-Laki
Kawan Puan, kasus seperti TAP mengingatkan kita untuk lebih memahami dan mendukung perjalanan identitas seseorang.
Selain tantangan medis, tekanan sosial juga menjadi tantangan besar bagi mereka yang mengalami kondisi serupa.
Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menciptakan lingkungan yang inklusif dan penuh empati, terutama bagi mereka yang membutuhkan waktu dan dukungan untuk memahami identitas mereka.
(*)