Sebanyak 55 persen pekerja di Hong Kong dan Asia Tenggara menyatakan kesulitan untuk pindah bersama keluarga sebagai hambatan utama untuk bekerja di luar negeri.
Hal ini terutama terlihat di Hong Kong (68 persen), Singapura (66 persen), dan Malaysia (66 persen), di mana keharmonisan keluarga sangat dihargai.
Selain itu, biaya relokasi menjadi hambatan utama bagi 41 persen responden di Asia Tenggara dan Hong Kong, jauh lebih tinggi dari rata-rata global sebesar 30 persen.
Indonesia mencatatkan angka paling tinggi, yaitu 44 persen diikuti dengan Filipina (42 persen), dan Thailand (41 persen).
Hal ini menunjukkan bahwa biaya tinggi untuk pindah ke luar negeri membuat banyak profesional Indonesia lebih tertarik pada peluang kerja jarak jauh.
Hambatan lainnya termasuk kurangnya pengetahuan tentang bekerja di luar negeri (35 persen) dan kekhawatiran tentang keselamatan dan keamanan pribadi (31 persen).
Bagi perusahaan, pergeseran ke arah kerja jarak jauh dapat menjadi solusi menarik, terutama ketika menghadapi kesulitan dalam mengisi posisi-posisi tertentu.
Laporan ini menunjukkan bahwa perusahaan dapat memanfaatkan talenta berkualitas di kawasan Asia Tenggara dan Hong Kong tanpa perlu merepotkan proses relokasi.
Keberhasilan dalam memanfaatkan teknologi dan digitalisasi ini dapat memberikan solusi bagi banyak perusahaan yang kesulitan mengisi posisi tertentu.