Serba-serbi Demam Babi Afrika yang Sedang Ramai, Ketahui Penyebab dan Penularannya

Arintha Widya - Kamis, 19 Desember 2024
Mengenal apa itu penyakit demam babi afrika yang sedang ramai diperbincangkan.
Mengenal apa itu penyakit demam babi afrika yang sedang ramai diperbincangkan. Freepik

Parapuan.co - Demam babi Afrika (African Swine Fever/ASF) kembali menjadi perhatian di Indonesia akibat peningkatan kasus di berbagai daerah.

Penyakit ini adalah ancaman serius bagi peternakan babi, baik babi ternak maupun babi liar.

Berikut informasi lengkap mengenai penyakit ini, mulai dari definisi, gejala, penyebab, hingga upaya pencegahan, sebagaimana merangkum Kompas.com!

Apa Itu Demam Babi Afrika?

Demam babi Afrika adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dari genus Asfivirus dan keluarga Asfarviridae.

Penyakit ini sangat mematikan bagi babi, dengan tingkat kematian mencapai 100 persen.

Meskipun tidak bersifat zoonosis dan hanya menyerang babi, hingga saat ini belum ditemukan vaksin atau obat untuk mengatasi penyakit ini.

Virus ASF dapat menyerang babi dari segala usia dan menyebar dengan cepat melalui kontak langsung atau tidak langsung.

Penyakit ini menimbulkan kerugian besar bagi peternak karena berdampak pada produksi dan ekonomi.

Baca Juga: Marak Kasus Demam Berdarah, Kenali Berbagai Gejala yang Harus Diwaspadai

Gejala Demam Babi Afrika

Babi yang terinfeksi ASF menunjukkan gejala-gejala berikut:

  • Demam tinggi (41-42°C)
  • Lesu dan kehilangan nafsu makan
  • Muncul bercak merah pada kulit
  • Keluar leleran dari mata atau hidung
  • Diare

Kematian pada babi biasanya terjadi dalam 6-13 hari setelah infeksi, atau hingga 20 hari pada beberapa kasus.

Masa inkubasi virus ini berlangsung antara 4-19 hari, sementara periode akut berlangsung 3-4 hari.

Pada kasus yang tidak mematikan, babi bisa menjadi pembawa virus seumur hidup.

Penyebab dan Penularan

Virus penyebab ASF dapat bertahan dalam berbagai material tanpa perlakuan khusus.

Contohnya, virus ini dapat hidup hingga 15 hari dalam urine dan hingga 300 hari dalam daging olahan yang disimpan pada suhu ruang.

Penularan ASF terjadi melalui kontak langsung antara babi sehat dan babi yang terinfeksi; maupun kontak tidak langsung, seperti:

  • Pakan sisa (swill).
  • Manusia (peternak, dokter hewan, pedagang, paramedis).
  • Objek atau material yang terkontaminasi, seperti pakaian, kendaraan, sepatu, atau sandal.
  • Camplak (Ornithodorus sp.), yang menjadi pembawa virus namun belum ditemukan di Indonesia.

Baca Juga: Cacar Monyet Jadi Penyakit Global, Ini 10 Langkah Mencegah Penularan Mpox

Upaya Pencegahan

Walaupun tidak berbahaya bagi manusia, penyebaran ASF harus dicegah untuk melindungi industri peternakan.

Berikut beberapa langkah pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah penyebaran dan penularan penyakit demam babi Afrika:

- Melaporkan kepada Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan dalam waktu 1x24 jam jika menemukan babi sakit atau mati.

- Tidak menjual atau membeli babi yang sakit.

- Melakukan pembersihan dan desinfeksi kandang serta lingkungan peternakan.

- Mengonsumsi daging babi yang sehat, yang telah diawasi oleh otoritas berwenang dan dimasak matang.

- Menjaga kebersihan diri dan lingkungan untuk mencegah kontaminasi.

Wabah demam babi Afrika adalah tantangan besar bagi peternak dan masyarakat.

Dengan memahami penyakit ini, diharapkan masyarakat dapat mengambil langkah preventif yang tepat.

Penyebaran penyakit ini dapat ditekan melalui kerja sama antara peternak, pemerintah, dan masyarakat luas.

Baca Juga: Bibir hingga Dagu Melepuh, Kenali Penyakit Herpes Oral pada Anak dan Cara Mengatasinya

(*)

Sumber: Kompas.com
Penulis:
Editor: Arintha Widya


REKOMENDASI HARI INI

Serba-serbi Demam Babi Afrika yang Sedang Ramai, Ketahui Penyebab dan Penularannya