Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, Adang Mulyana, SKM., M.Epid, menambahkan bahwa kerja sama dengan lembaga pendidikan, kelompok keagamaan, dan organisasi masyarakat juga memungkinkan program ini menjangkau anak-anak di luar sekolah formal, seperti anak putus sekolah dan siswa sekolah agama.
"Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan partisipasi imunisasi, tetapi juga harapannya dapat memperkuat sistem kesehatan secara menyeluruh di wilayah kami," katanya.
Executive Director Jalin Foundation, Dian Rosdiana, mengungkapkan bahwa pendekatan inklusif ini tidak hanya meningkatkan cakupan imunisasi, tetapi juga memberikan dampak signifikan pada perubahan kebijakan di tingkat lokal.
Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, misalnya, mulai mengadopsi pendekatan serupa untuk keberlanjutan program di masa mendatang.
"Salah satunya adalah peningkatan cakupan imunisasi di puskesmas lokus, yang naik sebesar 11,04 persen dibandingkan tahun 2023," ujarnya.
Selain itu, pendekatan inklusif yang diterapkan memungkinkan program ini menjangkau anak-anak di luar sekolah formal, termasuk anak-anak putus sekolah dan siswa dari sekolah agama.
Keberhasilan program ini turut mendorong perubahan kebijakan lokal yang bertujuan untuk memperkuat akses imunisasi bagi masyarakat luas.
Baca Juga: Data Dunia, Cakupan Vaksin HPV Meningkat Namun Imunisasi Anak Mandek
Managing Director MSD Indonesia, George Stylianou, menegaskan bahwa akses terhadap layanan kesehatan yang merata adalah hak setiap individu.
"Kami berharap program ini memberikan dampak signifikan bagi peningkatan kualitas kesehatan generasi muda Indonesia," katanya.
Dukungan ini merupakan bagian dari komitmen kami untuk membantu membangun masyarakat yang lebih sehat," ujarnya.
Keberhasilan program ini menunjukkan pentingnya kolaborasi dalam meningkatkan kesehatan masyarakat.
Dengan imunisasi, anak-anak tidak hanya terlindungi dari penyakit berbahaya seperti campak dan kanker leher rahim, tetapi juga memiliki peluang masa depan yang lebih cerah.
(*)
Ken Devina