149.703 Anak Terima Imunisasi Lengkap Melalui Program BIAS 2024

Tim Parapuan - Minggu, 22 Desember 2024
Diseminasi Hasil dan Pembelajaran Program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) di Kab. Bogor
Diseminasi Hasil dan Pembelajaran Program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) di Kab. Bogor Dok. Ken Devina/Parapuan

Parapuan.co - Data dari Kementerian Kesehatan mengungkapkan bahwa masih ada sekitar 240.000 anak di Indonesia yang belum mendapatkan imunisasi dasar lengkap.

Kondisi ini menjadi perhatian serius mengingat imunisasi yang lengkap dan tepat waktu mampu melindungi anak-anak dari berbagai penyakit berbahaya yang sebenarnya dapat dicegah, seperti campak, rubela, tetanus, difteri, hingga kanker leher rahim.

Menjawab tantangan tersebut, Program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) 2024 hadir sebagai salah satu solusi untuk meningkatkan cakupan imunisasi di seluruh Indonesia.

Program ini berhasil mencatat peningkatan partisipasi yang signifikan, dengan cakupan imunisasi yang semakin luas.

Bahkan, enam provinsi, termasuk Jawa Barat, telah mencapai target cakupan imunisasi sesuai yang ditetapkan untuk tahun ini.

Lebih dari itu, program BIAS 2024 dirancang untuk memastikan setiap anak, baik yang berada di lingkungan sekolah formal maupun di luar sekolah, mendapatkan hak yang sama atas imunisasi yang lengkap.

Upaya ini membuahkan hasil yang menggembirakan, dengan cakupan imunisasi yang mencapai 149.703 partisipan.

Menanggapi hal itu, Ketua Tim Kerja Imunisasi Usia Sekolah dan Sumber Daya Kementerian Kesehatan, dr. Lily Banonah, M.Epid, mengatakan, kolaborasi lintas sektor adalah salah satu kunci keberhasilan program ini.

Baca Juga: Efek Samping setelah Imunisasi, Kenali Apa Itu KIPI dan Penanganannya

 

"Pelibatan masyarakat secara langsung, dukungan media sosial, serta kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan telah membantu meningkatkan cakupan imunisasi," ucapnya dalam acara Diseminasi Hasil dan Pembelajaran Program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) di Kab. Bogor, di Jakarta, Kamis, (19/12/2024).

"Kami berharap pendekatan ini dapat diterapkan di wilayah lain untuk memberikan perlindungan kepada lebih banyak anak Indonesia," lanjutnya.

Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, Adang Mulyana, SKM., M.Epid, menambahkan bahwa kerja sama dengan lembaga pendidikan, kelompok keagamaan, dan organisasi masyarakat juga memungkinkan program ini menjangkau anak-anak di luar sekolah formal, seperti anak putus sekolah dan siswa sekolah agama.

"Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan partisipasi imunisasi, tetapi juga harapannya dapat memperkuat sistem kesehatan secara menyeluruh di wilayah kami," katanya.

Executive Director Jalin Foundation, Dian Rosdiana, mengungkapkan bahwa pendekatan inklusif ini tidak hanya meningkatkan cakupan imunisasi, tetapi juga memberikan dampak signifikan pada perubahan kebijakan di tingkat lokal.

Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, misalnya, mulai mengadopsi pendekatan serupa untuk keberlanjutan program di masa mendatang.

"Salah satunya adalah peningkatan cakupan imunisasi di puskesmas lokus, yang naik sebesar 11,04 persen dibandingkan tahun 2023," ujarnya.

Selain itu, pendekatan inklusif yang diterapkan memungkinkan program ini menjangkau anak-anak di luar sekolah formal, termasuk anak-anak putus sekolah dan siswa dari sekolah agama.

Keberhasilan program ini turut mendorong perubahan kebijakan lokal yang bertujuan untuk memperkuat akses imunisasi bagi masyarakat luas.

Baca Juga: Data Dunia, Cakupan Vaksin HPV Meningkat Namun Imunisasi Anak Mandek

Managing Director MSD Indonesia, George Stylianou, menegaskan bahwa akses terhadap layanan kesehatan yang merata adalah hak setiap individu.

"Kami berharap program ini memberikan dampak signifikan bagi peningkatan kualitas kesehatan generasi muda Indonesia," katanya.

Dukungan ini merupakan bagian dari komitmen kami untuk membantu membangun masyarakat yang lebih sehat," ujarnya.

Keberhasilan program ini menunjukkan pentingnya kolaborasi dalam meningkatkan kesehatan masyarakat.

Dengan imunisasi, anak-anak tidak hanya terlindungi dari penyakit berbahaya seperti campak dan kanker leher rahim, tetapi juga memiliki peluang masa depan yang lebih cerah.

(*)

Ken Devina

Penulis:
Editor: Arintha Widya


REKOMENDASI HARI INI

5 Bahan Makanan yang Baik untuk Menjaga Kesehatan Kulit Perempuan