Selain faktor hormonal, Dr. Ray juga menjelaskan bahwa tekanan yang dirasakan di lingkungan sekolah menjadi faktor kedua yang memperburuk kesehatan jiwa anak perempuan.
Menurutnya, anak perempuan lebih berisiko mengalami gangguan kesehatan jiwa yang lebih nyata dan langsung terlihat ketika berada di sekolah.
Tekanan sosial, akademik, serta tantangan pribadi yang dihadapi di sekolah sering kali memperburuk kondisi mental mereka.
"Sayangnya, gangguan kesehatan jiwa ini sering kali ditangkap langsung di sekolah, ketika berada di lingkungan tersebut, tekanan bisa semakin besar, terlebih pada anak perempuan yang lebih sering merasa terbebani dengan tuntutan sosial atau akademik," jelas Dr. Ray.
Dalam banyak kasus, anak perempuan di sekolah sering merasa kurang diperhatikan dan lebih banyak menghadapi tantangan emosional dibandingkan dengan anak laki-laki.
Kurangnya Aktivitas Fisik dan Pengaruhnya pada Kesehatan Jiwa
Dr. Ray juga menambahkan bahwa kurangnya aktivitas fisik di kalangan anak perempuan menjadi faktor penting lainnya yang mempengaruhi kesehatan jiwa mereka.
Aktivitas fisik seperti olahraga dikenal dapat mengurangi tingkat stres, kecemasan, dan depresi.
Baca Juga: Terapi Mental yang Efektif, Ekspresikan Emosi Melalui Melukis
Namun, di banyak sekolah, fasilitas olahraga sering kali didominasi oleh pelajar laki-laki, sementara anak perempuan lebih sering memilih untuk menghabiskan waktu di kantin atau di luar lapangan olahraga.
"Di sekolah-sekolah, ruang atau lapangan olahraga lebih banyak didominasi oleh pelajar laki-laki, sementara pelajar perempuan sering kali memilih untuk beraktivitas di luar lapangan, seperti berkumpul di kantin," ujar Dr. Ray.
Penelitian ini menunjukkan bahwa ketika anak perempuan tidak diberi ruang atau kesempatan yang cukup untuk berolahraga, risiko gangguan kesehatan jiwa mereka dapat meningkat.
(*)
Ken Devina