Dunia Minim Kepemimpinan Perempuan: Hanya 5 Presiden Perempuan Terpilih Sepanjang 2024

Tim Parapuan - Minggu, 29 Desember 2024
Hal penting yang harus dimiliki pemimpin perempuan.
Hal penting yang harus dimiliki pemimpin perempuan. alvarez

Parapuan.co - Di penghujung tahun 2024, dunia kembali dihadapkan pada kenyataan bahwa keterwakilan perempuan dalam kepemimpinan politik masih sangat terbatas.

Dari 31 pemilihan presiden langsung yang digelar di berbagai penjuru dunia, hanya lima perempuan yang berhasil terpilih sebagai Kepala Negara.

Melansir dari unwomen.org, mereka mewakili Islandia, Meksiko, Namibia, Makedonia Utara, dan Republik Moldova.

Meski ada beberapa kemajuan, pencapaian ini masih menunjukkan betapa sulitnya perempuan untuk menduduki posisi kepemimpinan tertinggi di banyak negara di dunia.

Bagi Meksiko, Namibia, dan Makedonia Utara, pemilihan ini menjadi sejarah penting, karena ketiga negara tersebut pertama kalinya dipimpin oleh presiden perempuan.

Meskipun ada peningkatan, keterwakilan perempuan dalam kepemimpinan politik tetap berada pada titik yang rendah.

Pemilihan presiden langsung ini menggambarkan betapa sulitnya perempuan untuk menduduki posisi tertinggi di negara-negara mereka.

Padahal, kesetaraan gender dalam kepemimpinan politik bukan hanya soal jumlah, tetapi juga terkait dengan kualitas dan ruang untuk perempuan berpartisipasi dalam pengambilan keputusan strategis di tingkat negara.

Baca Juga: Namibia Cetak Sejarah Baru, Netumbo Nandi-Ndaitwah Jadi Presiden Perempuan Pertama

 

Kemajuan dalam Kesetaraan Gender

Meksiko dan Inggris Raya menjadi contoh kemajuan dalam kesetaraan gender dalam pemerintahan.

Setelah pemilihan presiden di Meksiko, negara tersebut membentuk kabinet yang setara gender, sebuah langkah penting dalam menciptakan pemerintahan yang lebih inklusif.

Hal yang sama juga terjadi di Inggris Raya, yang mencatatkan prestasi serupa setelah pemilu mereka.

Pembentukan kabinet setara gender ini menjadi preseden penting yang diharapkan dapat diikuti oleh negara-negara lain di dunia.

Namun, meskipun ada kemajuan seperti ini, tantangan besar masih harus dihadapi untuk mewujudkan kesetaraan gender secara penuh dalam kepemimpinan politik.

Dunia masih menyaksikan kenyataan pahit bahwa perempuan dalam politik masih jauh dari seimbang, bahkan dalam beberapa kasus, mereka dianggap sebagai pengecualian, bukan norma.

Stagnasi Keterwakilan Perempuan di Parlemen

Keterwakilan perempuan di parlemen global pada tahun 2024 tercatat stagnan di angka 27 persen.

Baca Juga: Agen Pembangun Generasi, Ini Alasan Kepemimpinan Perempuan Dibutuhkan

Meskipun ada peningkatan di 15 negara, 24 negara lainnya justru mengalami penurunan jumlah perempuan yang terpilih.

Angka ini menunjukkan bahwa meskipun ada upaya untuk memperbaiki representasi perempuan, perubahan yang signifikan masih sulit tercapai.

Kuota yang ditetapkan secara hukum menjadi salah satu faktor penting dalam kemajuan keterwakilan perempuan.

Di negara seperti Republik Dominika, penegakan kuota gender yang lebih ketat menghasilkan peningkatan keterwakilan perempuan sebesar delapan poin.

Sebaliknya, negara-negara yang tidak memiliki kuota gender cenderung mengalami penurunan dalam jumlah perempuan yang terpilih, menggambarkan betapa pentingnya langkah-langkah kebijakan ini dalam memajukan kesetaraan gender.

Tantangan Norma Merugikan dan Kekerasan Politik

Direktur Eksekutif UN Women, Sima Bahous, mengungkapkan bahwa meskipun ada kemajuan, realitasnya masih banyak norma-norma yang merugikan, kekerasan, dan kekurangan kemauan politik yang menghalangi partisipasi perempuan dalam kepemimpinan politik.

Sima menekankan bahwa kepemimpinan politik perempuan masih menjadi pengecualian, bukan norma, dan bahwa perubahan mendalam harus dilakukan untuk mengatasi hambatan-hambatan tersebut.

Kekerasan terhadap perempuan dalam politik adalah salah satu tantangan terbesar yang harus dihadapi.

Baca Juga: Batasan dalam Menjadi Perempuan Mandiri di Tengah Norma Sosial

Kekerasan ini tidak hanya terjadi dalam bentuk fisik, tetapi juga dalam bentuk intimidasi, ancaman, dan penghinaan yang seringkali berasal dari pihak-pihak yang merasa terancam oleh keberadaan perempuan dalam politik.

Selain itu, bias sosial yang melekat dalam budaya politik di banyak negara juga memperburuk situasi, membuat perempuan lebih sulit untuk diterima dan dihargai dalam dunia politik yang didominasi oleh laki-laki.

Langkah-Langkah untuk Mewujudkan Kepemimpinan Perempuan yang Setara

Untuk mewujudkan kepemimpinan perempuan yang penuh dan setara, negara-negara di seluruh dunia perlu mengambil langkah-langkah berani.

Salah satu langkah pertama yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan dan menegakkan kuota gender, yang terbukti dapat meningkatkan keterwakilan perempuan di parlemen dan posisi-posisi kepemimpinan.

Selain itu, negara-negara harus bekerja untuk menangani bias sosial dan kekerasan terhadap perempuan dalam politik, serta mengadopsi reformasi hukum yang mendukung kesetaraan gender.

Investasi dalam gerakan feminis dan pembangunan koalisi juga merupakan langkah penting untuk menciptakan lingkungan politik yang lebih inklusif.

Tanpa dukungan dan komitmen dari berbagai pihak, perubahan yang berarti dalam keterwakilan perempuan di kepemimpinan politik akan sulit terwujud.

Menuju Masa Depan yang Lebih Adil

Baca Juga: Ini 6 Cara Mengimbangi Gaya Kepemimpinan Alpha Female di Kantor

Pencapaian kepemimpinan perempuan yang setara tidak akan terjadi tanpa tindakan tegas, sumber daya, dan komitmen kolektif dari negara-negara di seluruh dunia.

Deklarasi dan Platform Aksi Beijing yang akan memasuki usia 30 tahun pada tahun 2025 menjadi momentum penting untuk memastikan bahwa negara-negara anggota berinvestasi lebih banyak dalam kepemimpinan perempuan.

Kesetaraan gender dalam kepemimpinan politik adalah sebuah perjalanan panjang yang membutuhkan kerja keras dan ketekunan.

Namun, dengan langkah-langkah konkret dan komitmen bersama, masa depan yang lebih inklusif dan adil bagi perempuan dalam politik bukanlah impian yang mustahil.

(*)
Ken Devina

Sumber: unwomen.org
Penulis:
Editor: Arintha Widya


REKOMENDASI HARI INI

Ahli Sebut Tidur Miring Kiri Lebih Sehat Daripada Miring Kanan, Ini Penjelasannya