Parapuan.co - Kawan Puan, dunia jurnal akademik, khususnya di bidang ilmu manajemen, masih didominasi oleh laki-laki, bahkan di posisi editorial yang memiliki pengaruh besar.
Hasil analisis terbaru yang dilansir oleh phys.org, menunjukkan bahwa hanya 24 persen atau 32 dari 135 editor jurnal manajemen yang berjenis kelamin perempuan.
Data ini diungkap oleh Asisten Profesor Akuntansi Sebastian Tideman-Frappart dan rekan-rekannya dalam sebuah studi yang melacak keberagaman gender di jurnal manajemen dari tahun 1990 hingga 2022.
Studi ini menunjukkan bahwa meskipun ada peningkatan jumlah perempuan di posisi kepemimpinan, perubahan tersebut berjalan sangat lambat dan masih membutuhkan intervensi yang lebih kuat untuk mencapai kesetaraan yang sejati.
Dalam penelitian yang diterbitkan di The Leadership Quarterly, para peneliti menganalisis data dari 21.510 penulis dan 4.173 pemimpin di 11 jurnal manajemen terkemuka.
Analisa tersebut mengungkapkan bahwa meskipun jumlah editor perempuan telah meningkat, mereka tetap sangat kurang terwakili, terutama di posisi lebih tinggi seperti editor asosiasi dan anggota dewan redaksi.
Hal ini mengindikasikan adanya kesenjangan besar dalam representasi gender yang terus berlanjut dalam disiplin ilmu ini.
Upaya Mengatasi Kesenjangan Gender
Baca Juga: Strategi Mengurangi Kesenjangan Pensiun untuk Kesejahteraan Perempuan
Peneliti lainnya seperti Brooke Gazdag, Jamie Gloor, Eugenia Bajet Mestre, dan Cecile Emery berusaha mengisi kekosongan pengetahuan ini dengan memberikan gambaran yang lebih jelas tentang ketimpangan gender di dunia akademik.
Mereka menyarankan agar penerbit dan editor jurnal melakukan langkah-langkah konkret untuk meningkatkan inklusivitas.
Contohnya seperti menetapkan standar transparansi dan menetapkan target yang jelas untuk meningkatkan representasi perempuan dalam posisi kepemimpinan editorial.
"Ada kemajuan, tetapi lambat, dan masih banyak yang harus dilakukan," kata Tideman-Frappart.
Peneliti berharap agar studi ini dapat menjadi titik awal bagi perubahan yang lebih cepat dan memastikan bahwa perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk memimpin di dunia akademik.
Mereka juga mengingatkan pentingnya memberikan pelatihan dan dukungan khusus bagi perempuan yang ingin berkarier di dunia editorial.
Data Terbuka sebagai Langkah Awal untuk Perubahan
Untuk mendorong perubahan lebih lanjut, studi ini menyediakan data akses terbuka yang dapat digunakan oleh siapa saja yang ingin mengatasi ketimpangan gender dalam dunia akademik.
Baca Juga: Terjadi Kesenjangan Gender Pengangguran, Perempuan Karier Tertinggal di Pasar Kerja?
"Data kami bersifat akses terbuka, jadi siapa pun dapat menggunakannya," ujar Tideman-Frappart.
Dengan data yang lebih transparan, diharapkan dapat muncul diskusi yang lebih terbuka dan langkah-langkah nyata menuju representasi yang lebih adil bagi perempuan.
Kawan Puan, meskipun perjalanan menuju kesetaraan gender di dunia akademik masih panjang, riset ini menunjukkan bahwa perubahan bukanlah hal yang mustahil.
Melalui upaya bersama, kita bisa menciptakan lingkungan yang lebih inklusif di dunia akademik dan memastikan bahwa perempuan memiliki kesempatan yang setara untuk memimpin dan mengarahkan disiplin ilmu mereka.
(*)
Ken Devina