Dua Aspek Penting dalam Toilet Training dan Dampaknya Jika Menunda

Arintha Widya - Jumat, 27 Desember 2024
Aspek penting dan dampak menundanya menurut IDAI.
Aspek penting dan dampak menundanya menurut IDAI. ferlistockphoto

Parapuan.co - Toilet training merupakan salah satu tonggak penting dalam tumbuh kembang anak yang tidak hanya melibatkan penguasaan fisik, tetapi juga pembelajaran perilaku mandiri.

Dr. Meitha P.E. Togas, SpA(K), seorang dokter spesialis anak, menekankan bahwa toilet training bertujuan untuk membantu anak mengontrol buang air kecil dan besar di tempat yang seharusnya, seperti halnya orang dewasa.

Hal tersebut disampaikan oleh Dr. Meitha P.E. Togas, SpA(K) selaku Anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Tumbuh Kembang IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) dalam Media Briefing: Mengenalkan Toilet Training pada Anak, Selasa (24/12/2024).

"Toilet training dapat dikatakan berhasil, jika anak mengompol kurang dari empat kali dalam seminggu," jelas Dr. Meitha dalam briefing dikutip via Kompas.com.

Selain itu, toilet training mengajarkan anak untuk menyelesaikan proses toileting secara mandiri, termasuk membersihkan diri dan memakai celana sendiri setelah menggunakan toilet.

Dua Aspek Penting dalam Toilet Training

Menurut Dr. Meitha, keberhasilan toilet training bergantung pada dua aspek utama, yaitu kontinensia dan penguasaan.

1. Kontinensia

"Kontinensia berarti anak mampu mengenali sensasi eliminasi, dan mengetahui kapan harus buang air besar dan kecil," papar Dr. Meitha.

Baca Juga: 4 Alasan Balita Enggan Buang Air di Toilet, Pahami sebelum Potty Training

 

Ini menjadi dasar bagi anak untuk dapat mengontrol aktivitas tersebut dengan tepat waktu.

2. Penguasaan

Penguasaan melibatkan serangkaian perilaku yang harus dikuasai anak selama proses toilet training.

"Begitu anak merasa ada sensasi untuk buang air, maka dia akan menuju toilet, duduk di kloset, membuang air, membersihkan dirinya sendiri, memakai celana, membersihkan toilet (flush), cuci tangan, dan seterusnya," jelas Dr. Meitha.

Kedua aspek ini harus berjalan beriringan agar toilet training bisa sukses.

Anak membutuhkan waktu dan pendampingan yang konsisten dari orangtua untuk memahami dan menguasai tahapan ini.

Dampak Menunda Toilet Training

Menunda toilet training dapat menimbulkan berbagai dampak negatif, baik bagi anak, keluarga, maupun lingkungan.

1. Stres dan Kekhawatiran

Baca Juga: Mungkinkah Melakukan Toilet Training di Malam Hari? Pahami Ini Dulu

Keterlambatan toilet training dapat memicu stres pada orangtua, keluarga, hingga pendidik di sekolah.

Hal ini juga meningkatkan risiko penyebaran penyakit seperti infeksi, diare, atau hepatitis A, terutama di lingkungan yang melibatkan banyak anak.

2. Kesulitan Adaptasi pada Anak

Semakin lama toilet training ditunda, semakin besar kemungkinan anak menolak kebiasaan baru.

"Ini dapat menyebabkan penolakan untuk membuang air besar, konstipasi, serta masalah pencapaian dan pemeliharaan kontrol kandung kemih," kata Dr. Meitha.

3. Beban pada Pengasuh dan Lingkungan

Keterlambatan toilet training meningkatkan beban kerja pengasuh, seperti guru atau pekerja daycare, yang harus memberikan perhatian ekstra kepada anak-anak yang belum mandiri dalam menggunakan toilet.

Selain itu, penggunaan popok yang berkepanjangan berdampak pada meningkatnya biaya dan masalah lingkungan akibat limbah popok.

Toilet training adalah proses yang membutuhkan kesabaran dan konsistensi.

Menunda toilet training tidak hanya berdampak pada anak, tetapi juga pada orangtua, pengasuh, dan lingkungan.

Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk memulai toilet training pada waktu yang tepat agar anak dapat tumbuh menjadi lebih mandiri dan sehat.

Baca Juga: Panduan Praktis Mengajari Anak Membasuh Kemaluan saat Toilet Training

(*)

Penulis:
Editor: Arintha Widya


REKOMENDASI HARI INI

Tahun Baru Enggak Perlu ke Luar Kota, Ini 7 Tempat Wisata Gratis di Jakarta