Parapuan.co - Menurut laporan Bank Dunia, hanya 32 persen perempuan di kawasan Asia Selatan yang terlibat dalam dunia kerja, jauh lebih rendah dibandingkan dengan laki-laki, berjumlah 77 persen.
Angka ini mencerminkan ketidaksetaraan yang masih ada di kawasan tersebut, meskipun Asia Selatan telah mengalami pertumbuhan ekonomi signifikan dalam beberapa dekade terakhir.
Melansir dari worldbank.org, sekitar 70 persen penduduk Asia Selatan menentang perempuan yang bekerja di luar rumah.
Partisipasi perempuan dalam angkatan kerja turun sebesar 12 persen setelah menikah.
Partisipasi perempuan yang rendah ini menunjukkan adanya tantangan besar dan perlu diatasi.
Berikut kondisi dan kebijakan terkait partisipasi perempuan dalam dunia kerja di beberapa negara Asia Selatan.
India: Meningkatkan Infrasturktur untuk Perempuan di Sektor Transportasi
Di India, salah satu tantangan utama bagi perempuan yang ingin bekerja adalah mobilitas.
Banyak perempuan merasa tidak aman menggunakan transportasi umum karena risiko kekerasan atau pelecehan.
Baca Juga: Ini Peran Melanie Masriel dalam Pemberdayaan Perempuan dan Keberlanjutan di L'Oreal Indonesia
Untuk mengatasi masalah ini, Bank Dunia melalui program yang didanai oleh South Asia Transport Facilitation Program (SARTFP) telah merekomendasikan pengarusutamaan gender dalam desain sektor transportasi.
Program ini memfokuskan pada peningkatan fasilitas transportasi yang aman dan inklusif gender, seperti terminal dengan toilet khusus perempuan, ruang lebih terang, dan sistem keamanan lebih baik.
Sebagai contoh, di Assam, India, inisiatif ini telah meningkatkan jumlah perempuan yang menggunakan feri tradisional untuk menyeberangi Sungai Brahmaputra.
Program ini tidak hanya memberi perempuan akses ke transportasi lebih aman, tetapi juga menciptakan peluang bisnis bagi perempuan yang menjalankan bisnis di kawasan tersebut.
Hal ini berkontribusi pada pemberdayaan perempuan serta meningkatkan partisipasi mereka dalam ekonomi lokal.
Bangladesh: Pelatihan dan Layanan Pengasuhan Anak untuk Peningkatan Partisipasi Perempuan
Bangladesh menghadapi tantangan serupa dengan India dalam hal mobilitas perempuan.
Meski begitu, salah satu upaya utama yang telah berhasil di negara ini adalah pengembangan pelatihan keterampilan, disertai dengan akses ke layanan pengasuhan anak.
Melalui program Western Economic Corridor & Regional Enhancement (WeCARE) yang didanai oleh Bank Dunia, perempuan diberikan pelatihan di sektor-sektor baru seperti manajemen keselamatan jalan dan teknik.
Selain itu, adanya layanan pengasuhan anak yang memadai, perempuan di Bangladesh dapat menyeimbangkan antara tanggung jawab rumah tangga dan pekerjaan.
91 persen perempuan yang terlibat dalam program WeCARE di Bangladesh melaporkan peningkatan kesejahteraan mereka, baik secara finansial maupun sosial.
Nepal: Pelatihan Kewirausahaan untuk Perempuan di Sektor Non-Agraris
Di Nepal, perempuan sering kali terkendala oleh kurangnya akses ke kredit dan teknologi yang mendukung pengolahan produk pertanian.
Namun, kebijakan pemerintah yang mendukung pelatihan keterampilan kewirausahaan bagi perempuan telah membuka jalan bagi mereka untuk memasuki pasar non-agraris.
Program yang didanai Bank Dunia, seperti Business, Entrepreneurship, and Employment Support Network (BEES), membantu perempuan mengembangkan keterampilan dalam produksi barang-barang bernilai tambah, seperti produk kerajinan dan tekstil.
Melalui jaringan BEES, perempuan di Nepal memiliki akses ke pasar yang lebih luas dan mendapat pelatihan mengenai teknik produksi lebih efisien.
Hal ini membuka peluang bagi perempuan untuk meningkatkan pendapatan mereka dan berkontribusi pada ekonomi lokal.
Baca Juga: Pemberdayaan Perempuan Jadi Langkah Strategis Menuju Indonesia Emas 2045
Sri Lanka: Pelatihan Kepemimpinan di Sektor Energi untuk Perempuan
Sektor energi di Sri Lanka, seperti di banyak negara Asia Selatan lainnya, memiliki representasi perempuan yang sangat rendah.
Di sektor ini, perempuan hanya membentuk 3 persen hingga 25 persen dari tenaga kerja.
Namun, Sri Lanka telah meluncurkan program pelatihan kepemimpinan untuk perempuan di sektor energi melalui inisiatif WePower SAR-100 yang didanai oleh Bank Dunia.
Program ini memberikan pelatihan teknis dan kepemimpinan untuk perempuan, yang mempersiapkan mereka untuk berkarier di industri energi, biasanya didominasi oleh laki-laki.
Partisipasi perempuan dalam dunia kerja di Asia Selatan memiliki potensi yang sangat besar untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan ini.
Untuk mengatasi hambatan tersebut, diperlukan kebijakan yang mendukung perempuan, seperti cuti melahirkan, layanan pengasuhan anak lebih baik, dan lebih teraksesnua pelatihan keterampilan.
Jika kebijakan ini dapat diterapkan, kawasan Asia Selatan dapat memanfaatkan potensi besar perempuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi.
Peningkatan kesadaran tentang pentingnya kesetaraan gender dalam dunia kerja, baik dari pemerintah maupun masyarakat sangat penting untuk mendorong lebih banyak perempuan untuk bekerja dan berkontribusi pada perekonomian.
Oleh karena itu, negara-negara di Asia Selatan harus terus memperkuat kebijakan yang memprioritaskan pemberdayaan perempuan di dunia kerja agar dapat menciptakan perekonomian lebih inklusif dan berkelanjutan.
Baca Juga: 3 Tips Investasi dari Miliuner untuk Meningkatkan Kekayaan di Tahun Baru
(*)
Ken Devina