Pengalaman Nyata Toilet Training: Jangan Tunggu Sampai Anak Siap, Tapi Persiapkan Mereka

Arintha Widya - Kamis, 2 Januari 2025
Pengalaman penulis melakukan toilet training pada anak.
Pengalaman penulis melakukan toilet training pada anak. iStockphoto

Tujuannya agar anak dapat memiliki gambaran tentang buang air di toilet, sembari kita membacakan instruksi atau dialog di dalam buku.

Bersamaan dengan itu, penulis mengulang-ulang sugesti agar anak mau diajak ke toilet ketika buang air.

Awalnya, penulis memperhatikan isyarat tubuh anak, di mana ia akan bersembunyi dan mulai jongkok untuk mengejan ketika merasa akan pup.

Begitu melihat anak menunjukkan tanda-tanda akan buang air besar, penulis mengajaknya ke toilet.

Ketika tanda tersebut tidak terlihat dan anak terlanjur pup di popok, penulis membersihkan kotoran di tubuhnya di toilet sembari mengingatkan anak, "Adek lain kali kalau mau pup bilang, ya."

Jangan Menunggu Sampai Anak Siap, Tetapi Persiapkan Mereka

Tidak seperti kebanyakan teori, ada yang dua minggu, tiga hari, dll, toilet training pada anak penulis berlangsung beberapa bulan sejak usia si kecil 2 tahun.

Ini karena penulis memulai dengan sugesti, dan mengawali latihan dari isyarat pup, bukan keinginan untuk pipis.

Setelah 2-3 bulan ketika anak memahami isyarat pup dari tubuhnya sendiri, ia mulai bisa menyampaikan keinginannya dengan mengatakan, "Bunda, mau pup."

Baca Juga: Dua Aspek Penting dalam Toilet Training dan Dampaknya Jika Menunda

Beberapa waktu berlalu sampai anak tidak lagi pup di popok dan selalu mengatakan keinginannya untuk buang air besar, barulah toilet training untuk pipis penulis mulai.

Saat itu, si kecil masih menggunakan popok. Popok hanya dilepas ketika akhir pekan dan/atau apabila di hari terkait, ia sudah pup.

Kemudian saat memulai toilet training agar anak mau pipis di toilet, penulis melakukan metode penjadwalan.

Penulis mengajak anak ke toilet satu jam sekali, 10-15 menit setelah minum (air atau susu), sebelum tidur, dan saat bangun tidur.

Penulis juga mengomunikasikan jadwal toilet training anak ke daycare dan meninggalkan catatan untuk pengasuh di sana.

Di usia 2 tahun 10 bulan, buah hati penulis sudah lancar buang air besar/kecil di toilet walau sesekali masih pipis atau mengompol di celana saat tidur.

Dengan mengombinasikan metode seperti yang penulis lakukan, Kawan Puan bisa memulai toilet training sedini mungkin ke anak.

Harapannya, langkah tersebut mempercepat proses latihan menggunakan toilet, baik saat anak ingin buang air kecil maupun besar.

Jadi, jangan menunggu sampai anak siap karena mungkin butuh waktu lama atau hingga usianya cukup besar untuk masuk PAUD.

Persiapkanlah mereka lebih awal untuk mempermudah dan mempercepat anak untuk lepas dari popok sekali pakai. Selamat mencoba!

Baca Juga: Bolehkah Anak Toilet Training Pakai Popok Saat Perjalanan Jauh?

(*)

Sumber: what to expect
Penulis:
Editor: Arintha Widya


REKOMENDASI HARI INI

Pengalaman Nyata Toilet Training: Jangan Tunggu Sampai Anak Siap, Tapi Persiapkan Mereka