Parapuan.co - Kawan Puan, melatih anak untuk buang air (pipis dan pup) di toilet hendaknya tidak menunggu menunggu sampai usia tertentu.
Lebih cepat latihan pipis dan pup di toilet (toilet training) dilakukan, akan lebih baik bagi anak maupun kamu sebagai orang tua.
Selain bisa menghemat biaya popok sekali pakai dan bisa mengalokasikannya ke kebutuhan lain, toilet training juga membantu si kecil segera mandiri.
Namun, bagi sebagian Kawan Puan mungkin akan terasa sulit memulai toilet training jika kamu mengasuh anak dibantu kakek-neneknya yang berbeda generasi dengan kita.
Berdasarkan pengalaman penulis sendiri dan orang-orang di sekitar, generasi baby boomers cenderung membiarkan anak balita siap dengan sendirinya untuk lepas dari popok sekali pakai (diapers) tanpa latihan.
Padahal diapers tak hanya buruk untuk lingkungan, tapi juga bisa menyebabkan ruam dan iritasi pada kulit anak jika terlalu lembap dan kotor.
Oleh karenanya lebih cepat melakukan toilet training pada anak, lebih baik. Terutama sejak si kecil sudah dapat duduk mandiri, atau begitu sudah mampu berbicara.
Saat anak sudah bisa duduk mandiri, mereka bisa diajarkan duduk di potty seat atau dibantu dengan toilet ladder.
Sedangkan jika anak sudah bisa berbicara, kamu bisa mengajarkan pada mereka untuk bilang padamu jika mereka buang air sehingga popok bisa langsung diganti.
Baca Juga: 4 Alasan Balita Enggan Buang Air di Toilet, Pahami sebelum Potty Training
Bagaimana memulai toilet training pada anak? Kawan Puan bisa mengadopsi cara seperti pengalaman penulis dengan memperhatikan informasi berikut!
Berbagai Metode Toilet Training
Pertama-tama, kamu harus tahu dulu beberapa metode toilet training yang umum digunakan, anntara lain seperti merangkum What to Expect di bawah ini:
1. Metode Pantau Isyarat Anak
Orang tua mengamati tanda kesiapan anak, seperti menunjukkan ketidaknyamanan saat popok basah atau meminta menggunakan toilet.
2. Metode Penjadwalan
Anak diajak ke toilet pada waktu-waktu tertentu, misalnya setiap 2-3 jam, untuk menciptakan rutinitas buang air.
3. Metode Latihan Celana Dalam atau Training Pants
Anak menggunakan celana dalam alih-alih popok, sehingga merasa tidak nyaman saat basah dan belajar mengontrol keinginan buang air.
Baca Juga: Ingin Mengulang Toilet Training yang Gagal pada Anak, Simak Aturan Ini
4. Metode Reward atau Penghargaan
Anak diberi pujian atau hadiah kecil setiap berhasil buang air di toilet, sehingga termotivasi untuk melakukannya lagi.
5. Metode Demonstrasi
Orang tua atau saudara yang lebih besar menunjukkan cara menggunakan toilet, membantu anak memahami langkah-langkahnya.
6. Metode Buku atau Media Edukasi
Menggunakan buku cerita atau video yang mengajarkan pentingnya toilet training dengan cara yang menarik dan menyenangkan.
Penulis Mengombinasikan Lebih dari Satu Metode
Dalam hal toilet training, penulis mengombinasikan sejumlah metode di atas terhadap anak setelah usianya dua tahun.
Memasuki usia dua tahun, penulis membelikan anak sebuah buku tentang latihan pipis dan pup di toilet.
Baca Juga: Panduan Praktis Mengajari Anak Membasuh Kemaluan saat Toilet Training
Tujuannya agar anak dapat memiliki gambaran tentang buang air di toilet, sembari kita membacakan instruksi atau dialog di dalam buku.
Bersamaan dengan itu, penulis mengulang-ulang sugesti agar anak mau diajak ke toilet ketika buang air.
Awalnya, penulis memperhatikan isyarat tubuh anak, di mana ia akan bersembunyi dan mulai jongkok untuk mengejan ketika merasa akan pup.
Begitu melihat anak menunjukkan tanda-tanda akan buang air besar, penulis mengajaknya ke toilet.
Ketika tanda tersebut tidak terlihat dan anak terlanjur pup di popok, penulis membersihkan kotoran di tubuhnya di toilet sembari mengingatkan anak, "Adek lain kali kalau mau pup bilang, ya."
Jangan Menunggu Sampai Anak Siap, Tetapi Persiapkan Mereka
Tidak seperti kebanyakan teori, ada yang dua minggu, tiga hari, dll, toilet training pada anak penulis berlangsung beberapa bulan sejak usia si kecil 2 tahun.
Ini karena penulis memulai dengan sugesti, dan mengawali latihan dari isyarat pup, bukan keinginan untuk pipis.
Setelah 2-3 bulan ketika anak memahami isyarat pup dari tubuhnya sendiri, ia mulai bisa menyampaikan keinginannya dengan mengatakan, "Bunda, mau pup."
Baca Juga: Dua Aspek Penting dalam Toilet Training dan Dampaknya Jika Menunda
Beberapa waktu berlalu sampai anak tidak lagi pup di popok dan selalu mengatakan keinginannya untuk buang air besar, barulah toilet training untuk pipis penulis mulai.
Saat itu, si kecil masih menggunakan popok. Popok hanya dilepas ketika akhir pekan dan/atau apabila di hari terkait, ia sudah pup.
Kemudian saat memulai toilet training agar anak mau pipis di toilet, penulis melakukan metode penjadwalan.
Penulis mengajak anak ke toilet satu jam sekali, 10-15 menit setelah minum (air atau susu), sebelum tidur, dan saat bangun tidur.
Penulis juga mengomunikasikan jadwal toilet training anak ke daycare dan meninggalkan catatan untuk pengasuh di sana.
Di usia 2 tahun 10 bulan, buah hati penulis sudah lancar buang air besar/kecil di toilet walau sesekali masih pipis atau mengompol di celana saat tidur.
Dengan mengombinasikan metode seperti yang penulis lakukan, Kawan Puan bisa memulai toilet training sedini mungkin ke anak.
Harapannya, langkah tersebut mempercepat proses latihan menggunakan toilet, baik saat anak ingin buang air kecil maupun besar.
Jadi, jangan menunggu sampai anak siap karena mungkin butuh waktu lama atau hingga usianya cukup besar untuk masuk PAUD.
Persiapkanlah mereka lebih awal untuk mempermudah dan mempercepat anak untuk lepas dari popok sekali pakai. Selamat mencoba!
Baca Juga: Bolehkah Anak Toilet Training Pakai Popok Saat Perjalanan Jauh?
(*)