Ada Bahaya dari Tren Chat GPT dan Chatbot AI untuk Informasi Kesehatan

David Togatorop - Minggu, 5 Januari 2025
Masyarakat harus bijak memanfaatkan teknologi AI.
Masyarakat harus bijak memanfaatkan teknologi AI. iStock/Pongsak Sapakdee

Sebagai contoh, gejala seperti batuk dan demam dapat disebabkan oleh berbagai penyakit, mulai dari flu biasa hingga COVID-19 atau bahkan pneumonia. Tanpa analisis klinis mendalam, jawaban dari AI bisa menyesatkan.

Selain itu, AI bekerja berdasarkan algoritma yang menggeneralisasi data, sehingga tidak selalu relevan untuk situasi klinis tertentu. Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk tetap kritis terhadap informasi yang diberikan oleh AI dan tidak mengambil tindakan tanpa berkonsultasi dengan tenaga medis.

Risiko Mengikuti Saran Pengobatan dari AI

Setiaji juga menekankan bahwa saran pengobatan hanya dapat diberikan oleh tenaga medis yang melakukan penilaian klinis menyeluruh.

Mengikuti rekomendasi pengobatan dari AI tanpa validasi medis dapat membahayakan kesehatan. AI tidak memiliki kemampuan untuk melakukan pemeriksaan fisik, tes laboratorium, atau analisis konteks yang mendalam.

Oleh karena itu, diagnosis atau saran pengobatan dari AI bisa saja salah atau tidak tepat.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan, drg. Widyawati, MKM, turut menegaskan bahwa teknologi AI sebaiknya hanya digunakan sebagai pelengkap. Konsultasi langsung dengan dokter tetap menjadi langkah utama jika seseorang mengalami gejala penyakit.

AI hanya memberikan jawaban berdasarkan apa yang ditanyakan pengguna. Teknologi ini tidak dapat memahami kondisi spesifik yang dialami seseorang secara langsung. (*)

Baca Juga: Lebih dari Separuh Pekerja Khawatir Kehilangan Pekerjaan karena Teknologi AI

Penulis:
Editor: David Togatorop


REKOMENDASI HARI INI

Aktris Gong Hyo Jin Comeback Lewat Drakor When the Stars Gossip