Parapuan.co - Ketika kita tumbuh dewasa, orang tua menjadi sosok yang memberikan banyak hal: dukungan, nasihat, disiplin, dan kasih sayang.
Mulai dari mengajari cara memperbaiki sepeda hingga memberi nasihat tentang merawat anak pertama, orang tua selalu hadir sebagai sumber panduan yang tak tergantikan.
Namun, seiring bertambahnya usia mereka, banyak anak dihadapkan pada peran baru yang tak terduga, yaitu menjadi pengasuh bagi orang tua mereka yang lanjut usia.
Peran ini membawa tantangan tersendiri, di mana dinamika hubungan antara orang tua dan anak berubah secara drastis.
Pengalaman seorang sahabat karib penulis menjadi bukti, "mengasuh" orang tua yang sudah lansia lebih sulit daripada mengasuh anak.
Dalam satu kasus, katakanlah mengompol, membersihkan kencing anak membuat kita lebih bisa sabar dibandingkan ketika membersihkan kencing lansia.
Ini karena kita sadar, anak-anak, terlebih yang masih balita masih belajar untuk menahan kencing dan buang air di toilet.
Sementara pada orang tua, mereka barangkali sudah selama hidup kencing sendiri di toilet tetapi tiba-tiba seolah kembali seperti anak kecil karena kemampuan kognitifnya menurun.
Bukankah tingkat kesabaran yang kita butuhkan untuk kedua hal tersebut juga berbeda?
Baca Juga: Caregiver Perlu Tahu, Ternyata Ini Alasan Mengapa Lansia Mudah Marah
Ada banyak aspek emosional, fisik, dan finansial yang harus dihadapi ketika menjadi pengasuh bagi lansia.
Sayangnya, berbeda dengan teori parenting anak yang begitu melimpah, panduan atau ilmu tentang menjadi caregiver bagi lansia masih terbatas.
Meski demikian, ada beberapa langkah yang bisa membantu Kawan Puan meringankan beban dan menyeimbangkan peran baru sebagai caregiver lansia, yaitu seperti merangkum laman Family Caregiver Alliance di bawah ini:
1. Izinkan Diri untuk Berduka
Mengasuh orang tua yang mulai kehilangan kemandirian bisa memicu rasa sedih dan marah.
Hal ini wajar, karena anak merasa kehilangan sosok orang tua seperti yang dulu mereka kenal.
Meski orang tua masih hidup, perubahan drastis dalam kondisi fisik dan mental mereka membuat hubungan yang ada ikut berubah.
Kamu mungkin perlu menerima kenyataan ini dan belajar berdamai selagi memberikan yang terbaik untuk orang tuamu.
2. Jaga Komunikasi yang Penuh Rasa Hormat
Baca Juga: Caregiver Mendapati Lansia Sering Mengompol, Apa Penyebab Utamanya?
Seiring bertambahnya usia, orang tua bisa menjadi lebih keras kepala atau merasa malu karena harus bergantung pada anak mereka.
Dalam situasi seperti ini, menjaga komunikasi yang penuh rasa hormat sangat penting.
Kamu mungkin akan sering kesal dan ingin marah pada orang tua, termasuk ketika mereka menolak minum obat atau buang air sembarangan.
Menghindari nada tinggi dan tetap menghargai martabat orang tua adalah kunci menjaga hubungan tetap harmonis.
3. Tetapkan Batasan dalam Tugas Mengasuh
Sebesar apapun cinta seorang anak kepada orang tuanya, ada batasan dalam hal kenyamanan.
Beberapa tugas, seperti membantu orang tua mandi atau ke toilet, mungkin membuat anak merasa kurang nyaman.
Dengan menetapkan batasan, anak dapat menjaga kesehatan mentalnya dan menciptakan rencana perawatan yang efektif bagi orang tua.
Kamu dapat berbagi tugas dengan tenaga profesional dalam caregiving seperti perawat lansia jika tidak nyaman untuk melakukan hal tertentu.
Baca Juga: Sulitkah Menjadi Perempuan Bekerja sekaligus Caregiver Orang Tuanya?
4. Rencanakan Masa Depan dengan Matang
Perawatan jangka panjang dapat menguras sumber daya finansial keluarga. Oleh karena itu, merencanakan masa depan dengan matang adalah langkah penting.
Anak bisa berdiskusi dengan orang tua tentang sumber daya yang tersedia dan keinginan mereka terkait perawatan jangka panjang.
Dengan perencanaan yang baik, anak dapat lebih siap menghadapi tantangan ke depan.
5. Cari Dukungan
Menjadi caregiver bukanlah tugas yang ringan, dan tanpa dukungan yang memadai, anak bisa mengalami tekanan mental maupun fisik.
Kamu membutuhkan dukungan dari saudara, teman, serta komunitas online untuk membantu menguatkan, memberi semangat, dan sebagainya.
Dukungan emosional sangat penting agar kita bisa menjaga kesejahteraan diri sendiri.
Entah kenapa tampaknya teori, ilmu, dan pelatihan untuk jadi caregiver lansia tidak sebanyak pengetahuan seputar pengasuhan anak.
Baca Juga: Tantangan Perempuan yang Jadi Caregiver Lansia, Salah Satunya Sulit Merawat Diri
(*)