Parapuan.co - Masih banyak yang menganggap kanker adalah penyakit yang menyerang mereka yang berusia tua.
Kendati demikian, berdasarkan laporan terbaru dari American Cancer Society, beberapa jenis kanker justru menyerang mereka yang berusia muda, terutama perempuan.
Kanker merupakan penyebab kematian kedua terbanyak di Amerika Serikat, tetapi penyebab kematian terbanyak di antara warga Amerika yang berusia di bawah 85 tahun.
Laporan baru tersebut memproyeksikan bahwa sekitar 2.041.910 kasus baru akan terjadi tahun 2025 ini. Dan diprediksi 618.120 warga Amerika akan meninggal karena penyakit tersebut.
Enam dari 10 kanker yang paling umum sedang meningkat, termasuk kanker payudara dan rahim.
Kanker kolorektal di antara orang yang berusia di bawah 65 tahun, serta kanker prostat, melanoma, dan kanker pankreas, juga meningkat.
"Tren yang tidak menguntungkan ini condong ke arah perempuan," kata Rebecca L. Siegel, seorang ahli epidemiologi di American Cancer Society dan penulis pertama laporan tersebut.
Lebih dari itu, temuan American Cancer Society juga menemukan bahwa perempuan didiagnosis pada usia yang lebih muda.
Angka kanker meningkat di kalangan perempuan di bawah 50 tahun (yang disebut kanker dini), serta di kalangan usia 50 hingga 64 tahun.
Baca Juga: Penyakit yang Rentan Menyerang Perempuan Perokok Pasif, Apa Saja?
Meskipun terjadi peningkatan pada beberapa kanker dini, seperti kanker kolorektal dan kanker testis, angka keseluruhan tetap stabil pada laki-laki di bawah 50 tahun dan menurun pada mereka yang berusia 50 hingga 64 tahun.
Peningkatan Kasus Kanker Serviks
Selain itu, ada beberapa tren lain yang meresahkan juga dibeberkan dalam laporan tersebut. Salah satunya adalah peningkatan kasus baru kanker serviks di kalangan perempuan berusia 30 hingga 44 tahun.
Angka kejadian kanker serviks telah menurun drastis sejak pertengahan tahun 1970-an, ketika pemeriksaan pap smear untuk mendeteksi perubahan prakanker tersedia secara luas.
Namun, survei terkini menemukan justru banyak perempuan menunda pemeriksaan diri ke dokter kandungan.
Survei Harris Poll terhadap lebih dari 1.100 perempuan AS, yang melansir dari New York Times, sebuah perusahaan teknologi medis menemukan bahwa 72 persen mengatakan mereka menunda kunjungan ke dokter yang akan melakukan pemeriksaan.
Sedangkan setengahnya mengatakan mereka tidak tahu seberapa sering harus menjalani pemeriksaan kanker serviks.
Sebagai informasi, direkomendasikan oleh para ahli bahwa setiap perempuan seharusnya melakukan pemeriksaan pap smear setiap tiga tahun mulai usia 21 tahun. Atau menjalani pemeriksaan pap smear dan tes gabungan untuk human papillomavirus (HMPV), yang dapat menyebabkan kanker serviks, setiap lima tahun.
Baca Juga: Viral di TikTok, Dokter Jelaskan Perbedaan IVA Test dan Pap Smear
Kanker Payudara Masih Menghantui
Walau kesadaran akan pemeriksaan sudah semakin umum, sayangnya angka kanker payudara masih banyak terjadi, yaitu peningkatan sekitar satu persen antara tahun 2012 dan 2021.
Peningkatan paling tajam terlihat pada perempuan di bawah usia 50 tahun. Peningkatan tersebut didorong oleh deteksi tumor lokal dan kanker tertentu yang dipicu oleh hormon. Sebagian peningkatan tersebut disebabkan oleh perubahan pola kesuburan.
Melahirkan dan menyusui melindungi dari kanker payudara, tetapi lebih banyak perempuan di AS yang menunda melahirkan atau memilih untuk tidak melahirkan sama sekali.
Faktor risiko lainnya termasuk genetika, riwayat keluarga, dan kebiasaan minum alkohol berlebihan, yang mana kebiasaan ini meningkat pada perempuan di bawah usia 50 tahun.
Pada perempuan yang lebih tua, kelebihan berat badan dapat berperan dalam risiko kanker.
"Kanker rahim adalah satu-satunya kanker yang tingkat kelangsungan hidupnya sebenarnya menurun selama 40 tahun terakhir," seperti tertulis dalam laporan ACS.
Perempuan di Balik Ancaman Kanker Paru-Paru
Tren mengkhawatirkan lainnya dimulai pada tahun 2021, ketika untuk pertama kalinya insiden kanker paru-paru pada perempuan di bawah usia 65 tahun melampaui jumlah kasus yang terjadi pada laki-laki.
Baca Juga: Gejala Kanker Paru-Paru pada Perempuan dan Faktor Risikonya, Apa Saja?
Yaitu 15,7 kasus per 100.000 perempuan di bawah usia 65 tahun, dibandingkan dengan 15,4 per 100.000 pada laki-laki.
Kasus kanker paru-paru telah menurun selama dekade terakhir, tetapi lebih cepat pada laki-laki.
Sementara belakangan ini, perempuan mulai lebih banyak merokok dibandingkan laki-laki, dan butuh waktu lebih lama untuk berhenti.
Terjadi juga peningkatan jumlah perokok pada orang yang lahir setelah tahun 1965. Ini adalah tahun setelah dokter bedah umum pertama kali memperingatkan bahwa rokok menyebabkan kanker.
"Ada kekhawatiran yang berkembang bahwa rokok elektrik dan vaping dapat berkontribusi terhadap beban ini di masa mendatang, mengingat potensi karsinogenik dan popularitasnya yang luas," kata laporan tersebut.
Beberapa ahli mulai mengakui bahwa paparan lingkungan mungkin berkontribusi terhadap terjadinya kanker dini, selain faktor-faktor yang biasa diduga yaitu gaya hidup, genetika, dan riwayat keluarga.
“Saya pikir peningkatan tidak hanya satu tetapi berbagai kanker pada orang yang lebih muda, terutama pada perempuan muda, menunjukkan ada sesuatu yang lebih luas terjadi daripada variasi genetika individu atau genetika populasi,” kata Neil Iyengar, seorang onkolog di Memorial Sloan Kettering Cancer Center.
Menurutnya, hal ini sangat menunjukkan kemungkinan bahwa paparan lingkungan dan gaya hidup di AS berkontribusi terhadap peningkatan kanker pada orang yang lebih muda.
Sayangnya, masih belum ada data penunjang untuk menunjukkan kondisi di Indonesia.
Baca Juga: Tak Hanya untuk Mata, Ini 5 Manfaat Wortel untuk Kesehatan Perempuan
Kendati demikian, para ahli sepakat bahwa dengan paparan lingkungan dan gaya hidup yang tidak sehat berkontribusi besar terhadap peningkatan risiko kanker yang makin mungkin terjadi pada mereka yang berusia muda.
Dengan begitu, penting bagi kita semua untuk menjalani gaya hidup sehat untuk mencegah dan meminimalisir risiko kanker pada perempuan di berbagai tahapan usianya.
(*)