Di sisi lain, para perekrut kelelahan dengan banyaknya lamaran pekerjaan yang tidak sesuai dengan persyaratan.
Sebanyak 8 dari 10 (80 persen) perekrut mengatakan bahwa mereka menerima lebih banyak lamaran dibandingkan tahun lalu.
Ini mengakibatkan 29 persen dari mereka menghabiskan waktu hingga 3-5 jam dalam sehari untuk menyeleksi lamaran.
Namun, mereka melaporkan bahwa, dari lamaran yang diterima, tidak ada satupun (0 persen) yang benar-benar memenuhi kualifikasi.
Serla Rusli, LinkedIn Career Expert, dalam pers rilis yang diterima PARAPUAN mengatakan, "Di tengah persaingan job market yang kompetitif, para pencari kerja sering kali ingin melamar sebanyak mungkin untuk setiap posisi yang ada, dengan harapan peluang mendapatkan pekerjaan semakin besar."
"Namun, mengirimkan lamaran terlalu banyak justru tidak akan berhasil, dan bisa membuat mereka kecewa saat menerima respon yang minim atau bahkan di-ghosting oleh para perekrut," imbuhnya.
"Dengan semakin banyaknya orang yang mencari pekerjaan tahun ini, para profesional di Indonesia harus bisa beradaptasi, mengambil pendekatan baru dan lebih strategis dalam melamar pekerjaan yang sesuai dengan skills sehingga mereka dapat tampil lebih menonjol," ujar Serla lagi.
Riset terbaru LinkedIn menunjukkan, 56 persen pencari kerja berharap mereka memiliki cara yang lebih efisien untuk memastikan mereka memiliki skills yang dibutuhkan.
Untuk memudahkan para pencari kerja di Indonesia dalam menyesuaikan strategi, LinkedIn meluncurkan fitur job match terbaru yang menampilkan bagaimana skills dan pengalaman mereka cocok untuk posisi yang tersedia.