Parapuan.co - Menjadi ibu bekerja adalah peran yang penuh dengan tantangan.
Di satu sisi, sebagai pekerja kamu ingin memberikan kontribusi terbaik di tempat kerja.
Sementara di sisi lain, ada panggilan hati yang membuatmu ingin hadir sepenuhnya untuk anak-anak di rumah.
Pekerjaan ibu secara profesional ini rupanya juga berdampak pada pembagian tugas domestik dengan peranan ayah, termasuk pengasuhan anak.
Penulis menyoroti bahwa perempuan masih kerap diidentikkan dengan pekerjaan domestik.
Sedangkan, laki-laki memiliki peluang lebih besar untuk bekerja karena dianggap sebagai 'kepala keluarga'.
Hal inilah yang akhirnya membuat tanggung jawab mengasuh anak seakan dibebankan pada perempuan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Paw Research, dalam rumah tangga, pembagian tugas pengasuhan anak kurang seimbang.
Ibu mengambil lebih banyak tanggung jawab untuk tugas mengasuh anak. Sementara ayah fokus untuk bekerja, mencari penghasilan, dan pembiayaan.
Baca Juga: Ibu Bekerja Emban Peran Ganda, Melanie Masriel: Guilty Feelings Itu Wajar
Padahal sebenarnya, baik ayah maupun ibu memiliki peluang yang sama untuk bekerja secara profesional.
Penelitian tersebut juga menemukan bahwa meskipun ibu dan ayah merupakan pekerja penuh waktu, mereka harus tetap bertanggung jawab mengasuh anak.
Artinya, pengasuhan tidak dibebankan hanya pada ibu saja.
Lebih jauh lagi, ketika ibu mendapatkan kesempatan bekerja secara profesional, dalam waktu yang sama mereka juga mendapatkan tekanan tersendiri.
Misalnya saja yang dialami oleh rekan penulis, ia masih mengalami tekanan sosial dari lingkungan sekitarnya.
Banyak yang beranggapan bahwa seorang ibu ideal seharusnya sepenuhnya hadir di rumah untuk anak-anak mereka.
Tekanan semacam ini sering kali membuat ibu merasa bersalah (mom guilt), seolah-olah pilihan untuk bekerja adalah bentuk pengabaian terhadap anak.
Sementara untuk mendukung kampanye pemberdayaan perempuan atau empowering woman yang saat ini banyak digaungkan, penting untuk mulai mengubah cara pandang tentang ibu bekerja.
Baca Juga: Ibu Bekerja Lakukan Apa untuk Mengatasi Working Mom Burnout?
Alih-alih menyalahkan ibu bekerja karena tidak hadir secara fisik untuk anak, penting untuk menekankan bahwa perempuan kerja menjadi teladan yang positif untuk anak-anak mereka.
Bukan itu saja, dukungan dari keluarga dan masyarakat adalah hal yang tak kalah penting dibutuhkan perempuan untuk mengurangi tekanan sosial ini.
Kawan Puan, pemberdayaan perempuan tidak hanya tentang memberikan kesempatan setara dalam karier, tetapi juga menciptakan lingkungan yang mendukung perempuan dalam menjalankan berbagai perannya.
Ketika perempuan diberikan dukungan untuk bekerja tanpa merasa bersalah atau terbebani, mereka dapat berkembang secara profesional sekaligus memberikan pengasuhan terbaik bagi anak-anak mereka.
Perlu dipahami bahwa memberdayakan perempuan bukan berarti mereka harus memilih antara karier dan keluarga, melainkan memastikan bahwa mereka memiliki pilihan dan dukungan untuk menjalani keduanya.
Baca Juga: Bagaimana Gejala Depleted Mother Syndrome pada Ibu Bekerja? Simak!
(*)