Parapuan.co - Pernikahan dini masih menjadi permasalahan yang mempengaruhi kehidupan jutaan anak perempuan di berbagai belahan dunia.
Pernikahan pada anak perempuan masih jadi perhatian dunia, terutama sejak Irak belum lama ini mengeluarkan aturan yang membolehkan hal itu terjadi.
Padahal, pernikahan pada usia anak jelas tidak hanya merampas masa kanak-kanak mereka, tetapi juga berisiko menimbulkan dampak negatif yang serius, baik secara psikis maupun fisik.
Berikut ini beberapa dampak psikis dan fisik jika anak perempuan menikah terlalu dini seperti merangkum girlsnotbrides.org!
1. Kehamilan Dini dan Risiko Kesehatan
Pernikahan dini sering kali menyebabkan anak perempuan harus berhubungan seksual sebelum mereka siap secara fisik dan emosional.
Mereka memiliki pemahaman yang minim tentang kesehatan reproduksi dan hak-hak mereka sendiri.
- Kehamilan di Usia Remaja
Anak perempuan yang menikah dini cenderung mengalami kehamilan pada usia muda, yang berisiko tinggi terhadap kesehatan mereka.
Mereka menghadapi tekanan sosial untuk segera membuktikan kesuburan, yang sering kali menghambat kemampuan untuk mengambil keputusan terkait kehamilan, penggunaan kontrasepsi, atau praktik seksual yang aman.
Baca Juga: Legal di Irak, Pernikahan Anak Tetap Jadi Bentuk Kekerasan dan Pelanggaran Hak Asasi Anak
- Komplikasi Saat Melahirkan
Anak perempuan yang hamil pada usia dini memiliki risiko lebih tinggi mengalami komplikasi persalinan, seperti kelahiran prematur, bayi dengan berat badan rendah, dan kondisi neonatal yang parah.
Bahkan, kehamilan di usia dini dapat berujung pada kematian ibu akibat persalinan yang sulit.
- Risiko Aborsi Tidak Aman
Dalam konteks di mana akses terhadap aborsi aman terbatas, banyak remaja yang memilih metode aborsi tidak aman, yang meningkatkan risiko kematian akibat pendarahan, infeksi, dan komplikasi medis lainnya.
2. Kekerasan Berbasis Gender
Pernikahan dini sering kali berujung pada kekerasan berbasis gender, baik secara fisik, seksual, maupun psikologis.
- Kekerasan dalam Rumah Tangga
Anak perempuan yang menikah dini memiliki kemungkinan lebih besar mengalami kekerasan dalam rumah tangga.
Ketimpangan usia dengan pasangan yang lebih tua membuat mereka lebih rentan terhadap intimidasi, kontrol berlebihan, serta kekerasan fisik dan emosional.
- Pelecehan Seksual dan Kesehatan Mental
Pernikahan dini meningkatkan risiko pelecehan seksual, yang berdampak negatif pada kesehatan mental seperti depresi, gangguan kecemasan, dan bahkan pemikiran untuk mengakhiri hidup.
3. Risiko Infeksi Menular Seksual (IMS) dan HIV
Baca Juga: Pentingnya Pemberdayaan Perempuan untuk Mencegah Pemaksaan Perkawinan
Remaja perempuan yang menikah dini memiliki risiko lebih tinggi terkena infeksi menular seksual, termasuk HIV. Beberapa faktor yang meningkatkan risiko ini meliputi:
- Paparan Hubungan Seksual Tidak Aman
Banyak anak perempuan yang tidak memiliki pengetahuan atau kendali atas kesehatan seksual mereka.
Mereka sering dipaksa berhubungan seksual tanpa perlindungan karena tekanan sosial untuk membuktikan kesuburan.
- Pasangan yang Lebih Tua dan Berpengalaman
Suami yang lebih tua cenderung memiliki pengalaman seksual lebih banyak, yang dapat meningkatkan risiko penularan HIV dan IMS lainnya kepada istri mereka.
4. Praktik Mutilasi Genital Perempuan (FGM/C)
Di beberapa negara, pernikahan dini sering dikaitkan dengan praktik mutilasi genital perempuan (FGM/C).
Praktik ini bertujuan untuk mengontrol kesucian dan seksualitas perempuan sebelum menikah, tetapi justru menimbulkan dampak negatif seperti:
- Infeksi dan Komplikasi Kesehatan
FGM/C dapat menyebabkan infeksi serius, nyeri kronis, kesulitan buang air kecil, hingga komplikasi saat melahirkan.
- Gangguan Mental
Anak perempuan yang mengalami FGM/C cenderung menderita trauma psikologis yang berkepanjangan, seperti depresi dan gangguan kecemasan.
Baca Juga: Dampak Pernikahan Anak di Bawah Umur, Dari Jasmani sampai Psikologis
5. Hambatan terhadap Pendidikan dan Masa Depan
Anak perempuan yang menikah dini sering kali harus meninggalkan pendidikan mereka.
Tanpa pendidikan yang memadai, anak perempuan menjadi terbatas dalam mencari pekerjaan yang layak dan lebih bergantung secara ekonomi pada pasangan.
Hal tersebut akan memperkuat lingkaran kemiskinan dan ketidaksetaraan gender di dalam rumah tangga.
Pernikahan dini membawa konsekuensi serius bagi kesehatan fisik dan mental anak perempuan.
Untuk melindungi mereka, diperlukan upaya pencegahan seperti peningkatan akses terhadap pendidikan, layanan kesehatan reproduksi, serta pemberdayaan perempuan agar mereka memiliki hak untuk menentukan masa depan mereka sendiri.
Upaya ini juga sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya dalam meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan anak perempuan, serta mengakhiri pernikahan dini di seluruh dunia.
Yuk, Kawan Puan, mulai dari sekitar kita untuk mengingatkan para orang tua agar tidak menikahkan anak perempuannya di usia di bawah 19 tahun.
Baca Juga: Bisakah Cara Ini Cukup Efektif untuk Menolak Paksaan Menikah saat Kamu Masih Remaja?
(*)