Parapuan.co - Kemenangan tim nasional sepak bola perempuan Spanyol dalam Piala Dunia 2023 seharusnya menjadi momen bersejarah yang penuh kebanggaan.
Namun, bagi salah satu anggota timnas Spanyol, Jennifer Hermoso, kebahagiaan itu ternoda oleh insiden yang menggemparkan dunia olahraga.
Yaitu ketika ia mendapatkan ciuman paksa dari Luis Rubiales, mantan presiden Federasi Sepak Bola Spanyol.
Insiden tersebut memicu perdebatan nasional tentang seksisme dalam sepak bola dan menjadi titik balik bagi gerakan #MeToo di Spanyol.
Melansir New York Times, bintang sepak bola Jennifer Hermoso akhirnya hadir di persidangan yang dibuka pada Senin (3/2/2025), 15 bulan setelah insiden yang dialaminya.
Kesaksian Jennifer Hermoso di Pengadilan
New York Times mencatat bahwa saat persidangan Luis Rubiales dibuka, Hermoso menyampaikan kesaksiannya dengan penuh emosi.
Ia menegaskan bahwa tindakan Rubiales telah "merusak salah satu hari paling bahagia dalam hidupnya".
Jennifer Hermoso mengungkapkan keterkejutannya atas tindakan tersebut dan mengaku merasa tidak dihormati.
Baca Juga: 4 Kalimat Seksis yang Sering Diterima Perempuan Sehari-Hari
Ia menyatakan bahwa dirinya tidak menginginkan ataupun mengharapkan ciuman tersebut. Hermoso juga menceritakan tekanan yang dialaminya setelah insiden itu.
Rubiales dan pejabat sepak bola lainnya diduga melakukan kampanye intensif agar Hermoso memberikan dukungan publik kepada Rubiales, termasuk upaya untuk mempengaruhi keluarganya.
Hermoso menolak untuk tunduk pada tekanan tersebut meskipun menghadapi ancaman dan bahkan sempat dikeluarkan dari daftar pemain tim nasional.
Dampak Insiden dan Perlawanan Hermoso
Ciuman Luis Rubiales bukan hanya mencoreng kemenangan Spanyol di Piala Dunia Wanita 2023, tetapi juga memicu kemarahan publik.
Insiden ini memperkuat perdebatan tentang seksisme dalam sepak bola Spanyol, yang selama bertahun-tahun telah menjadi permasalahan yang sering diabaikan.
Bahkan, mantan Menteri Kesetaraan Spanyol, Irene Montero, menyebut tindakan Rubiales sebagai "kekerasan seksual".
Awalnya, Rubiales menolak mengundurkan diri dan hanya memberikan permintaan maaf yang terkesan setengah hati.
Federasi Sepak Bola Spanyol juga sempat merilis pernyataan yang mengklaim bahwa Hermoso menganggap ciuman itu sebagai "gestur spontan".
Baca Juga: Ada Paslon Singgung Isu Seksis di Pilkada 2024, 5 Pemimpin Perempuan Ini Buktikan Sukses
Namun, dalam persidangan, Hermoso menegaskan bahwa ia tidak pernah menyetujui pernyataan tersebut dan menganggap tindakan Rubiales sebagai sesuatu yang tidak seharusnya terjadi di dunia olahraga profesional.
Seiring meningkatnya tekanan publik, puluhan pemain sepak bola perempuan Spanyol menyatakan penolakan mereka untuk bermain bagi tim nasional selama "para pengelola saat ini" masih berkuasa.
Gelombang dukungan untuk Jennifer Hermoso akhirnya membuahkan hasil: FIFA menangguhkan Rubiales dan kemudian melarangnya berpartisipasi dalam sepak bola selama tiga tahun.
Selain itu, pelatih tim nasional Spanyol saat itu, Jorge Vilda, juga telah dipecat.
Perjuangan Menuju Perubahan
Kasus ini bukan hanya tentang Hermoso melawan Rubiales, tetapi juga simbol perjuangan perempuan dalam dunia olahraga yang masih didominasi oleh budaya patriarki.
Insiden ini menunjukkan bahwa meskipun pencapaian perempuan dalam sepak bola semakin diakui, mereka masih harus menghadapi tantangan besar terkait pelecehan dan ketidaksetaraan.
Meskipun Luis Rubiales menghadapi ancaman hukuman dua setengah tahun penjara, ada kemungkinan ia tidak akan menjalani hukuman tersebut karena statusnya sebagai terdakwa tanpa catatan kriminal sebelumnya.
Namun, dampak dari kasus ini jauh lebih luas daripada hukuman individu semata.
Kasus yang menimpa Jennifer Hermoso telah menjadi katalis bagi gerakan yang lebih besar, mendorong lebih banyak atlet perempuan untuk berbicara tentang pengalaman mereka dan menuntut perubahan dalam dunia olahraga.
Jennifer Hermoso sendiri mengakui bahwa pengalaman ini meninggalkan trauma mendalam baginya. "Hidup saya seperti tertahan. Saya belum bisa hidup dengan bebas," katanya dalam persidangan.
Namun, keberaniannya untuk melawan ketidakadilan telah memberikan inspirasi bagi banyak orang dan menjadi langkah penting dalam perjuangan melawan seksisme di sepak bola Spanyol dan dunia.
Baca Juga: Prihatin Komentar Seksis terhadap Perempuan di Pilkada 2024, Komnas Perempuan Lakukan Ini
(*)