Parapuan.co - Bayi mengalami perkembangan emosi yang pesat dalam dua tahun pertama kehidupannya.
Sejak lahir, mereka sudah mampu menunjukkan berbagai ekspresi seperti minat, ketidaknyamanan, serta kesedihan.
Senyuman mulai muncul di awal kehidupan, sementara ekspresi marah dan sedih dapat terlihat saat bayi berusia sekitar tiga hingga empat bulan.
Seiring pertumbuhan, rasa takut mulai tampak pada usia lima hingga tujuh bulan, disusul dengan perilaku malu-malu. Pada akhir tahun kedua, bayi mulai menunjukkan emosi yang lebih kompleks seperti perasaan bersalah dan jijik.
Selain melalui ekspresi wajah, bayi juga mengomunikasikan perasaannya secara vokal, terutama melalui tangisan.
Tangisan bayi memiliki berbagai variasi, termasuk tangisan karena lapar, sakit, marah, atau sekadar mencari perhatian.
Walaupun pada awalnya sulit membedakan setiap jenis tangisan, orang tua umumnya akan terbiasa dan mampu memahami maknanya seiring waktu. Misalnya, tangisan karena lapar cenderung memiliki pola yang berbeda dibandingkan dengan tangisan akibat rasa sakit.
Para ahli menyatakan bahwa menangis merupakan mekanisme utama bayi untuk berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya.
Tangisan pertama bayi menandakan bahwa paru-parunya mulai bekerja dengan baik. Selain itu, tangisan juga bisa menjadi indikator kesehatan sistem saraf pusat bayi.
Baca Juga: Bayi 0-2 Tahun Bisa Apa Saja? Ini Tahap Perkembangannya dan Stimulasi yang Tepat
Secara umum, ada tiga jenis tangisan utama yang biasa terjadi pada bayi:
1. Tangisan biasa
Ditandai dengan pola ritmis yang berulang, diawali dengan tangisan, jeda sejenak, diikuti suara desisan singkat, lalu tangisan bernada lebih tinggi sebelum kembali tenang. Tangisan ini sering kali muncul akibat rasa lapar.
2. Tangisan marah
Mirip dengan tangisan biasa, tetapi dengan intensitas lebih tinggi karena lebih banyak udara dipaksa melewati pita suara.
3. Tangisan kesakitan
Tangisan ini terjadi secara tiba-tiba, keras, dan panjang, sering kali diikuti dengan jeda napas. Tidak ada tanda-tanda rengekan sebelumnya, dan tangisan ini biasanya disebabkan oleh rangsangan yang menyakitkan atau berintensitas tinggi.
Memahami emosi dan pola tangisan bayi dapat membantu orang tua merespons kebutuhan si kecil dengan lebih baik, sehingga tumbuh kembangnya berjalan baik dalam lingkungan yang penuh perhatian dan kasih sayang. (*)