Baca Juga: Heaven Lights Hadirkan Koleksi yang Padukan Budaya Arab-Jawa, Cocok Jadi Baju Lebaran
Ali membandingkannya dengan seorang koki yang menggabungkan cita rasa klasik dan modern dalam satu hidangan.
"Bayangkan bagaimana abaya tradisional dapat diperbarui dengan material baru atau bagaimana kaftan bisa diperbarui dengan pola yang berani," jelasnya.
Savanna menginterpretasikan elemen tradisional seperti bordir rumit dalam konteks modern, sementara studio Anum Rajwani menggabungkan sentuhan budaya dengan estetika kontemporer.
"Kami menggunakan potongan inovatif dan bahan berkualitas untuk menciptakan busana unik yang menarik berbagai kalangan," papar Eliane Sarr.
Nabila Shaikh juga menekankan pentingnya memahami umpan balik pelanggan serta tren pasar guna mengembangkan desain yang tetap autentik namun relevan dengan zaman.
"Pola bordir tradisional dapat diterapkan dengan cara yang lebih modern, atau kain baru dapat digunakan untuk memberikan kombinasi antara kesopanan dan kenyamanan," tuturnya.
Hazar Haute Couture mempertahankan estetika mewah dalam balutan modest fashion melalui eksplorasi siluet yang elegan dan modern.
Merayakan Keberagaman dan Individualitas
Bagi banyak desainer, Ramadan menjadi kesempatan untuk menciptakan busana yang tidak hanya mencerminkan spiritualitas tetapi juga merayakan keberagaman budaya dan individualitas pelanggan mereka.
Baca Juga: Rayakan Hari Kartini, Syakeph Offical x Anggiasari Mawardi Luncurkan Office Modest Wear
Ali menekankan bahwa koleksi Stylexia dirancang untuk memenuhi selera beragam komunitas di UEA.
"Fashion adalah bahasa yang terus berkembang, dan selera komunitas kami sangat beragam," ungkapnya.
Savanna juga merancang kaftan dengan potongan siluet Afrika Barat untuk mencerminkan perpaduan harmonis antara tradisi dan modernitas, sementara Anum Rajwani menghadirkan kaftan dengan cetakan cerah dan desain eklektik yang tetap mempertahankan esensi budaya Timur Tengah.
Di sisi lain, Nabila menyoroti bagaimana fashion modest Ramadan menarik perhatian individu dari berbagai latar belakang, termasuk mereka yang tidak beragama Islam.
"Banyak non-Muslim yang mencari abaya dan pakaian modest yang tetap modis, membuat mereka merasa nyaman dan percaya diri dalam berbagai acara sosial," katanya.
Hazar Haute Couture memastikan bahwa setiap busana yang mereka ciptakan dapat membuat pemakainya merasa berdaya, elegan, dan tetap setia pada gaya personal mereka.
Pengaruh Ramadan terhadap tren fashion modest bukan hanya sekadar tentang pakaian, tetapi juga refleksi dari nilai-nilai budaya, spiritualitas, dan perubahan sosial.
Para desainer di UEA menunjukkan bagaimana tradisi dapat berjalan seiring dengan inovasi, menciptakan busana yang tidak hanya memancarkan kesopanan tetapi juga memperkuat identitas dan ekspresi diri individu.
Dengan semakin berkembangnya kesadaran akan keberlanjutan dan inklusivitas, fashion Ramadan menjadi jendela menuju masa depan mode yang lebih beragam, terbuka, dan berdaya guna bagi semua.
Baca Juga: Wujudkan Indonesia Jadi Kiblat Modest Fashion, JMFW 2025 Siap Diadakan
(*)