Hadapi Banyak Tantangan, Mengapa Peran Caregiver Anak Pengidap Kanker Hanya Dibebankan pada Ibu?

Saras Bening Sumunar - Selasa, 18 Februari 2025
Tantangan ibu sebagai caregiver anak pengidap kanker.
Tantangan ibu sebagai caregiver anak pengidap kanker. IstockPhoto

Parapuan.co - Setiap ibu tentu menginginkan anaknya tumbuh sehat dan bahagia.

Namun, ada pula ibu yang harus berperan sebagai caregiver bagi anak pengidap kanker.

Diagnosis kanker pada anak seakan menjadi mimpi buruk yang membuat keluarga terpukul.

Merujuk dari laman BMC Palliative Carejumlah anak yang didiagnosis menderita kanker diperkirakan akan meningkat pada tahun 2050.

Artinya, aspek pengasuhan anak-anak pengidap kanker biasanya diserahkan pada anggota keluarga, terutama ibu.

Penulis menyoroti bahwa ibu yang menjadi caregiver anak pengidap kanker akan menghadapi berbagai tantangan kompleks.

Mulai dari peran ganda perempuan sebagai ibu, pekerja profesional, sampai menjadi caregiver anak pengidap kanker.

Menurut penulis, menjadi caregiver bukan hanya tentang menemani anak dalam setiap sesi kemoterapi hingga memastikan nutrisi anak.

Tugas ibu sebagai caregiver anak pengidap kanker juga mencakup banyak aspek, termasuk beban emosional, tantangan finansial, hingga dampak pada kesehatan fisik dan mental ibu.

Baca Juga: Cara Menjelaskan pada Anak tentang Penyakitnya Sesuai Usia dan Pemahaman

Setiap hari, ibu berada di antara harapan dan ketakutan akan kesembuhan buah hati mereka.

Di depan anak, ibu bisa terlihat baik-baik saja dan menyemangatinya.

Tapi ketika tidak bersama buah hati, bukan tidak mungkin jika ibu meratapi apa yang ia alami saat ini.

Lantas, apa saja tantangan yang dihadapi ibu sebagai caregiver anak pengidap kanker?

1. Beban Emosional yang Luar Biasa

Menurut laman Family Caregivers Onlineseorang caregiver akan menghadapi beban emosional yang luar biasa.

Rasa takut kehilangan, kecemasan akan pengobatan yang menyakitkan, serta ketidakpastian tentang masa depan membuat beban emosional menjadi sangat besar.

Situasi ini memungkinkan ibu sebagai caregiver anak pengidap kanker mengalami kecemasan akibat tekanan yang mereka hadapi.

Baca Juga: 6 Jenis Kanker yang Rentan Menyerang Anak dan Remaja, Ada Leukemia

Ibu harus tetap kuat di hadapan anak, memberikan semangat meskipun di dalam hati mereka sendiri hancur.

Perasaan bersalah juga sering muncul, terutama ketika ibu merasa bahwa mereka tidak bisa melakukan lebih banyak untuk menyelamatkan anak mereka.

Semua ini membuat kondisi mental ibu sangat rentan dan membutuhkan perhatian khusus.

2. Dampak Finansial

Selain beban emosional, ibu sebagai caregiver kanker juga menghadapi tantangan finansial.

Meskipun kini sudah ada BPJS Kesehatan, tapi tidak semua pengobatan kanker dapat ditanggung program tersebut.

Tetap ada tambahan biaya seperti obat-obatan, transportasi ke rumah sakit, hingga akomodasi jika harus berobat ke kota lain.

Bahkan ada pula ibu yang terpaksa berhenti bekerja untuk merawat anak mereka.

Baca Juga: Hari Kanker Anak Sedunia, 5 Manfaat Olahraga bagi Anak Pengidap Kanker

Hal ini menyebabkan tekanan finansial yang luar biasa bagi keluarga, terutama jika penghasilan ayah saja tidak cukup untuk menutup seluruh biaya pengobatan dan kehidupan sehari-hari.

3. Kelelahan Fisik

Menjadi caregiver berarti harus siap siaga setiap saat.

Banyak ibu yang harus mengurus jadwal pengobatan anak, mengawasi efek samping kemoterapi, memastikan asupan gizi tetap seimbang, serta menjaga kebersihan lingkungan agar anak tidak terkena infeksi.

Beban fisik ini sering kali membuat ibu kurang tidur, mengalami kelelahan kronis, bahkan jatuh sakit karena kurangnya waktu untuk merawat diri sendiri.

Beberapa ibu juga harus belajar keterampilan medis dasar, seperti cara memberikan obat melalui infus atau merawat luka akibat prosedur medis tertentu.

Pentingnya Menghargai Perjuangan Ibu sebagai Caregiver Anak Pengidap Kanker

Peran orang tua dalam merawat anak yang mengidap kanker adalah tugas yang sangat berat, baik secara fisik maupun emosional.

Namun, di banyak kasus, mengapa peran sebagai caregiver lebih sering dibebankan kepada ibu saja?

Baca Juga: Penderitaan Perempuan Dikomersilkan Lewat Film dari Kisah Nyata, Eksploitasi atau Edukasi?

Sementara peran ayah dalam mengasuh anak yang sakit samar atau tak terlihat.

Padahal, sebagai orang tua, baik ibu maupun ayah memiliki tanggung jawab yang sama dalam merawat dan mendukung anak pengidap kanker.

Fenomena ini bukan sekadar kebetulan, tetapi dipengaruhi oleh faktor kompleks termasuk peran sosial dan bias gender yang masih kuat.

Dalam banyak budaya, termasuk di Indonesia, perempuan masih sering dianggap sebagai sosok yang lebih bertanggung jawab dalam mengurus rumah tangga dan merawat anak.

Peran ibu sebagai caregiver telah tertanam kuat dalam norma sosial, sehingga ketika anak mengalami kondisi medis serius seperti kanker, perempuan secara otomatis diharapkan untuk mengambil alih peran perawatan.

Karena peran yang berat sebelah ini, ibu lebih sering mengalami dampak psikologis yang lebih besar dibandingkan ayah karena beban perawatan yang lebih dominan mereka pikul.

Sementara itu, ayah sering diharapkan untuk tetap bekerja dan menjadi penyedia finansial utama bagi keluarga.

Peran ibu sebagai caregiver anak pengidap kanker bukanlah tugas yang mudah. Ibu menghadapi berbagai tekanan emosional, finansial, sampai kelelahan fisik.

Maka dari itu, penting untuk berbagi tanggung jawab yang sama dan tidak bias gender dalam peran perawatan anak pengidap kanker antara ayah dan ibu.

Lebih dari itu, penting bagi Kawan Puan untuk lebih peduli dan memberikan dukungan bagi ibu sebagai caregiver anak pengidap kanker.

Dukungan bisa berupa bantuan finansial, kesempatan untuk berbagi perasaan, atau bahkan sekadar mendengarkan tanpa menghakimi.

Baca Juga: Diet Khusus Anak Penderita Kanker, Kenali Efek Samping Pengobatan

(*)



REKOMENDASI HARI INI

Kamu Tidak Gagal, Begini Tips Menerima Penolakan dalam Mencari Kerja