Yaitu bukan sekadar penampilan, melainkan keberanian, karakter, dan ketulusan hati.
Disutradarai oleh Robert Ronny, sutradara di balik film sukses seperti Kapan Kawin? (2015), Kartini (2017), dan Backstage (2021), film ini mengangkat isu perempuan dalam media dengan cara yang segar dan menghibur.
Dalam konferensi pers pada 13 Februari 2025 yang dihadiri PARAPUAN, Robert menegaskan bahwa film ini ingin menyentil standar kecantikan yang kerap tidak realistis dalam budaya patriarki.
“Tuntutan media dan media sosial terhadap perempuan sangat tidak realistis, semua harus tampil sempurna setiap saat," ujar Robert.
Ia pun menegaskan bahwa dalam budaya patriarki, yang selalu ditekan adalah perempuan, sementara tidak ada tuntutan yang sama pada laki-laki.
"Saya mencoba mengangkat isu yang tampaknya berat tersebut dalam balutan komedi romantis. Semoga penonton tidak hanya terhibur, tetapi juga dapat mendiskusikan hal ini lebih jauh,” ungkapnya lagi.
Aktor utama yang menjadi daya tarik dalam film ini juga sangat mengapresiasi jalan cerita dari film romcom yang dibintangi olehnya tersebut.
“Saya sudah cukup lama menantikan komedi romantis bisa kembali mewarnai film Indonesia. Jadi daya tarik film ini antara lain adalah genre-nya itu sendiri serta presentasi film ini yang menurut saya sangat utuh, unik, punya value, dan punya kedalaman di setiap adegannya dan perjalanan ceritanya,” ujar Reza Rahadian.
Baca Juga: Chemistry Reza Rahadian-Sheila Dara dalam Foto Adegan The Most Beautiful Girl in the World
Tak kalah menarik, film ini juga menyuguhkan sinematografi yang memanjakan mata serta menampilkan deretan aktor berbakat seperti Jihane Almira Chedid, Dea Panendra, Bucek, Kevin Julio, dan Ira Wibowo.
Dalam proses produksinya, film ini sangat memperhatikan kontinuitas yang realistis, terutama dalam adegan survival yang dijalani oleh kedua pemeran utama.
Selain itu, The Most Beautiful Girl in the World juga menghadirkan cerita yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Termasuk dinamika di dunia kerja stasiun televisi, menjadikannya semakin dekat dengan realitas penonton.
Dengan perpaduan antara humor, romansa, dan pesan sosial yang relevan, The Most Beautiful Girl in the World menjadi tontonan yang tidak hanya menghibur tetapi juga menggugah pemikiran.
(*)
Sophie Fathima Primannisa Alyindra