Drama Musikal dengan Panggung Memutar, City of Love Rayakan Perjuangan Cinta

Tim Parapuan - Selasa, 18 Februari 2025
Drama musikal City of Love.
Drama musikal City of Love. (Warisan Budaya Indonesia)

Parapuan.coCity of Love karya sineas Hanung Bramantyo mencetak rekor Drama Musikal dengan Panggung Sistem Putar Diameter Terbesar di Indonesia.

Digelar di Jakarta International Convention Center pada 14 hingga 16 Februari 2025, pertunjukkan ini mengusung tema perjalanan cinta yang menyentuh hati.

Namun lebih dari itu, drama musikal ini juga menjadi ajang yang menyoroti peran perempuan dalam seni pertunjukan, baik di balik layar maupun di atas panggung.

Perempuan dalam Cerita “City of Love"

Kisah City of Love berpusat pada Sandya dan Kala, sepasang muda-mudi yang harus menghadapi tantangan besar dalam hubungan mereka karena konflik masa lalu orang tua mereka, Badai dan Kasih.

Karakter Kasih, sebagai ibu dari Sandya, digambarkan sebagai sosok perempuan yang kuat, berprinsip, namun penuh kasih sayang.

Konflik yang ia hadapi memberikan kedalaman pada cerita, menunjukkan bagaimana perempuan sering kali harus membuat keputusan sulit demi kebaikan orang yang mereka cintai.  

Karakter perempuan yang kuat juga ditampilkan dalam sosok Kala, seorang gadis muda yang berjuang demi cintanya meskipun dihadapkan dengan tantangan berat.

Peran ini dimainkan dengan apik oleh Maesha Kanna, yang mampu menghidupkan emosi dan semangat seorang perempuan muda yang berani memperjuangkan kebahagiaannya.

Baca Juga: Princessa Latya, Perempuan yang Tampil di Drama Musikal Internasional The Addams Family

Tak hanya Maesha, City of Love juga menampilkan deretan aktris berbakat lainnya, seperti Agatha Priscilla, Andien, serta para senior seperti Widyawati, Niniek L. Karim, Marini, dan Yanti Airlangga, dan diva ternama seperti Titi DJ.

Kehadiran mereka tidak hanya memperkuat jajaran pemeran, tetapi juga menunjukkan bahwa perempuan memiliki peran besar dalam dunia seni pertunjukan, baik dalam generasi muda maupun senior.  

Representasi Perempuan dalam Visual 

Detail artistik dalam City of Love turut menonjolkan keindahan dan kekuatan perempuan.

Dengan latar era 1930-1950, kostum yang dikenakan para aktris dirancang dengan detail yang menggambarkan keanggunan perempuan di masa itu.

Busana khas era tersebut bukan sekadar estetika, tetapi juga menjadi simbol perjalanan perempuan dalam sejarah, dari keterbatasan hingga kebebasan dalam mengekspresikan diri.  

Tak hanya itu, instalasi visual dalam pertunjukan juga dibuat dengan detail yang menarik.

Mulai dari area ruang tunggu yang dipenuhi dekorasi romantis, hingga kursi khusus “Couple Seat – Romeo & Juliet” yang menambah pengalaman romantis bagi penonton.

Baca Juga: Musikal Ken Dedes Kisahkan Perempuan Ikonik dalam Sejarah Nusantara

Kehadiran unsur-unsur ini memberikan sentuhan khusus yang memperkaya pengalaman perempuan yang menyaksikan pertunjukan.  

Panggung sistem putar berdiameter 18 meter yang digunakan dalam City of Love menjadi salah satu daya tarik utama.

Yaitu mencetak rekor dan telah dinobatkan oleh rekor MURI (Museum Rekor-Dunia Indonesia) sebagai yang terbesar dalam sejarah drama musikal di Indonesia.

Teknologi ini memungkinkan pergantian adegan yang lebih dinamis dan imersif, menghadirkan pengalaman visual yang belum pernah ada sebelumnya.  

Drama musikal City of Love.
Drama musikal City of Love. (WBI)

Dalam hal musik, Tohpati sebagai penata musik turut menghadirkan aransemen lagu-lagu yang mendukung narasi emosional dari karakter perempuan dalam cerita.

Lagu-lagu seperti Cinta, Anak Jalanan, dan Lagu Cinta diaransemen dengan nuansa yang lebih pop dan ringan, menciptakan pengalaman musikal yang easy listening, namun tetap menggugah emosi. 

Perempuan di Balik Kesuksesan “City of Love” 

Salah satu sosok perempuan penting dalam produksi City of Love adalah Yanti Airlangga, Ketua Warisan Budaya Indonesia Foundation, yang menjadi produser musikal ini.

Baca Juga: Sinopsis Series Mercury, Kisah Bryan Domani Bermimpi Jadi Musisi

Sebagai sosok yang peduli terhadap pelestarian budaya, Yanti turut berkontribusi dalam menghadirkan produksi yang bukan hanya megah tetapi juga kaya akan unsur seni dan sejarah.  

Di balik skenario yang kuat dan emosional, ada Titin Watimena yang bertanggung jawab sebagai penulis naskah.

Karyanya berhasil menghidupkan konflik keluarga, cinta, dan harapan dalam latar waktu 1930-1950.

Keterlibatan perempuan dalam produksi ini juga terlihat dari pengarah artistik panggung, Taba Sanchabakhtiar, yang menghadirkan desain panggung yang menawan dengan detail busana dan tata panggung yang memikat.  

Kesuksesan City of Love

Kesuksesan City of Love tidak hanya terletak pada pertunjukan yang megah, tetapi juga pada bagaimana musikal ini membuka jalan bagi lebih banyak semua terutama perempuan untuk terlibat dalam industri seni pertunjukan.

Warisan Budaya Indonesia Foundation berharap panggung teater di Indonesia semakin berkembang dan diminati oleh generasi muda, khususnya perempuan yang ingin berkarya di bidang ini.

Dengan menggabungkan elemen sinema dan teater, pertunjukan ini tidak hanya menawarkan hiburan berkualitas tetapi juga menjadi perayaan cinta dan perempuan yang menginspirasi.

(*)

Baca Juga: Cerita Keluarga Cemara Akan Diangkat Jadi Pertunjukan Teater Musikal Juni 2024!

Sophie Fathima Primannisa Alyindra

Penulis:
Editor: Citra Narada Putri


REKOMENDASI HARI INI

Waktu Terbaik Olahraga Jalan Kaki saat Puasa dan 3 Manfaatnya