Baca Juga: Mengenal Basaria Panjaitan, Perempuan Pertama yang Jadi Polwan dengan Pangkat Tertinggi
Lahir dan besar di Indonesia, Rosita merupakan lulusan Fakultas Hukum USU dengan jurusan Perdagangan Internasional.
Setelah menyelesaikan studinya, ia sempat bekerja di beberapa perusahaan di Jakarta.
Namun, hidupnya berubah drastis ketika menikah dengan seorang warga negara Amerika Serikat yang juga seorang tentara.
Demi mendampingi suaminya, ia pindah ke Negeri Paman Sam pada September 2000.
Berada di negara baru dengan budaya yang berbeda, Rosita awalnya bercita-cita menjadi wartawan, mengingat ia pernah bekerja di Warta Ekonomi pada tahun 1997.
"Kebetulan itu pekerjaan yang saya suka," kenang Rosita dalam sebuah wawancara dengan VOA Indonesia.
Namun, kurangnya pengalaman kerja di AS membuat impiannya itu sulit terwujud. Tak mau menyerah, Rosita mengambil pekerjaan sebagai kasir di restoran cepat saji Burger King.
Dengan gaji 6 dollar 25 sen per jam, ia tak hanya melayani pelanggan, tetapi juga harus membersihkan meja dan bahkan toilet.
"Saya nangis, saya bilang sama ibu saya di Jakarta, enggak kebayang saya ke Amerika bersihkan WC," katanya.
Baca Juga: Berdaya di Darat, Laut, Udara: Ini Sosok Perempuan Indonesia di Sektor Pertahanan-Keamanan
Perjuangan Menjadi Tentara AS
Kesempatan besar datang ketika ia mengetahui peluang untuk bergabung dengan militer AS. Namun, jalannya tak mudah.
Pada ujian pertama, ia dinyatakan gagal. Bukannya putus asa, ia justru semakin gigih belajar selama 30 hari penuh sebelum mengikuti ujian ulang.
Upayanya membuahkan hasil. Rosita dinyatakan lolos dan resmi bergabung dengan pasukan AS, meskipun tinggi badannya hanya 149 sentimeter.
"Mereka itu tidak melihat tinggi badan," katanya. Berbeda dengan di Indonesia, militer AS lebih menilai kemampuan seseorang daripada fisik semata.
Setelah diterima, ia dihadapkan pada tiga pilihan pekerjaan: sopir, montir, atau koki. Tanpa ragu, Rosita memilih menjadi mekanik, profesi yang jarang dipilih oleh perempuan.
Keputusan itu membawanya ke berbagai pelatihan hingga ke Jerman dan menempatkannya dalam misi ke berbagai negara.
Kini, Rosita telah ditarik dari tugas di medan konflik dan lebih fokus menjalani tugas administrasi serta mengurus keluarganya.
Meskipun mimpinya di Indonesia tak terwujud, Rosita menemukan jalannya sendiri di militer AS.
Kini, sebagai Letnan Kolonel, ia telah memimpin ratusan pasukan dan menjalani berbagai misi penting.
Kisah hidupnya adalah inspirasi bahwa kerja keras dan ketekunan bisa membawa seseorang meraih sesuatu yang lebih besar dari impian awalnya.
Baca Juga: Letda Ajeng Tresna, Penerbang Tempur Perempuan Pertama di WARA TNI AU
(*)