Baca Juga: Riset Sebut Jurnalis di Asia Tenggara Adopsi dan Jadikan AI sebagai Rekan di Meja Redaksi
Melalui analisis mendalam tentang preferensi audiens dan tren pasar, agen AI dapat membantu penerbit dan tim kreatif membuat konten yang lebih tepat waktu dan menyesuaikan kampanye iklan untuk meraih dampak maksimal.
Sebagai contoh, perusahaan berita dan media digital AsiaOne telah membangun alur kerja AI yang menganalisis artikel yang diupload oleh jurnalisnya secara real-time, menandainya dengan label yang sesuai, dan mengategorikannya agar dipublikasikan secara tepat guna.
Penandaan dan kategorisasi yang tepat dan didukung AI akan memastikan bahwa iklan yang dipasang klien hanya ditampilkan dalam konteks yang selaras dengan citra merek dan standar keamanan penerbit.
Sistem ini juga memberikan analisis audiens untuk tim komersial AsiaOne, sehingga mereka bisa memberikan rekomendasi kepada klien tentang angle konten dan pencitraan yang tepat untuk kampanye pemasaran. Integrasi AI yang tepat telah meningkatkan daya tarik penerbit bagi pengiklan bernilai tinggi dan meningkatkan performa kontennya hingga 40 persen.
Sementara itu, TIME Inc. telah menggunakan AI generatif untuk menghubungkan pembacanya dengan konten yang sangat relevan. Ketika hasil analisis berbasis data menunjukkan bahwa ada pembaca yang mencoba memahami lebih lanjut topik tertentu, AI dapat digunakan untuk menyajikan lebih banyak konten guna membantu pembaca mengeksplorasi lebih dalam topik tersebut atau memahami perspektif yang berbeda.
Hal ini tentu saja membuka peluang bagi penerbit untuk lebih memonetisasi arsip artikelnya. Misalnya, dengan cara menawarkan majalah TIME edisi cetak dari tahun 1954 karena terkait topik yang diminati pembaca tersebut.
Dalam ranah yang didominasi oleh peningkatan persaingan untuk mendapatkan perhatian audiens, agen AI akan memberikan tingkat engagement pengguna dan pertumbuhan pendapatan iklan baru untuk perusahaan media.
AI generatif mengubah kata kunci dan kueri menjadi konteks, mentransformasi penemuan konten
Pada tahun 2025, pengalaman pelanggan dalam industri media dan hiburan akan berevolusi dari konsumsi pasif menjadi percakapan yang dipersonalisasi (personalized conversations). Hal ini akan melampaui pendekatan tradisional yang bergantung pada kata kunci berbasis teks dan istilah kueri yang terstruktur.
Baca Juga: Menilik Gelombang PHK di Industri Media: Mengapa Fenomena Ini Terjadi?
Dengan pemahaman semantik, AI generatif dapat menguraikan “maksud sesungguhnya” yang ingin disampaikan konsumen. AI generatif dapat memperhitungkan nuansa bahasa, faktor kontekstual, dan preferensi pengguna untuk memberikan respons dan rekomendasi yang sangat relevan.
Layanan seperti Spotify dan Paramount+ saat ini sudah memanfaatkan AI generatif untuk menganalisis konten audio dan video serta menyempurnakan metadata konten, meningkatkan rekomendasi personal yang disajikan kepada pengguna setiap hari.
Forbes telah menerapkan AI yang menyisir arsip kontennya dari 12 bulan terakhir, terus belajar dan beradaptasi dengan preferensi masing-masing pembaca. AI ini juga mendukung alat penelusuran dan percakapan yang ada di situs Forbes, sehingga proses penemuan konten jadi lebih mudah dan lebih intuitif bagi audiensnya di seluruh dunia.
Lebih jauh lagi soal penerapan AI, mari kita bayangkan asisten penelusuran yang intuitif dan didukung oleh AI generatif, terintegrasi langsung ke dalam smart TV, layanan streaming over-the-top, atau aplikasi agregasi berita. Asisten ini akan siap menjawab pertanyaan teknis atau terkait konten dalam berbagai bahasa.
Penelusuran dan rekomendasi media yang didukung AI generatif ini akan memudahkan konsumen untuk menemukan informasi yang dibutuhkan, kapan pun mereka membutuhkannya, dan di perangkat apa pun.
Dengan kemampuan ini, perusahaan dapat dengan cepat mengadaptasi pengalaman yang mereka tawarkan agar setiap interaksi pelanggan berjalan lancar dan mengarah pada penemuan konten yang bermakna dan menyenangkan, sehingga memperdalam loyalitas pelanggan sekaligus mengurangi churn.
Kreativitas manusia tetap menjadi inti
Mulai dari pengalaman multimodal, agen AI, hingga kemampuan penelusuran yang ditingkatkan, AI akan membentuk kembali cara penciptaan dan konsumsi konten. Meski demikian, aspek orisinalitas manusia tetap penting.
Kemampuan untuk terhubung dengan audiens pada tingkat emosional, untuk menceritakan kisah yang menarik, dan untuk memasukkan perspektif unik ke dalam konten adalah kualitas yang tidak dapat ditiru AI.
Penggunaan AI adalah untuk melengkapi kreativitas manusia dengan alat dan kemampuan baru, yang memungkinkan setiap individu untuk mendobrak batasan dalam berkarya dan mewujudkan visinya dengan cara baru yang menarik.
Pendekatan kolaboratif ini, di mana seni manusia didukung dan diperkuat oleh AI, akan sangat penting dalam membuka sepenuhnya potensi media dan hiburan dalam beberapa bulan ke depan.
Baca Juga: DDoS Attack: Serangan Digital yang Dapat Mengancam Media Siber Indonesia
(*)