Meritokrasi: Peluang atau Hambatan bagi Perempuan Karier di Dunia Kerja?

Tim Parapuan - Rabu, 5 Maret 2025
Men and Women working together
Men and Women working together

Kesempatan yang Sama bagi Perempuan

Dalam lingkungan yang menganut konsep meritokrasi, memungkinkan perempuan memiliki akses yang sama terhadap pendidikan, pekerjaan, dan kesempatan kepemimpinan, tanpa diskriminasi berbasis gender. Namun, dalam laporan World Economic Forum Global Gender Gap Report menunjukkan bahwa, skor kesenjangan gender global pada tahun 2023 masih berada diangka 68,4%. 

Hal ini berarti meskipun perempuan telah mencapai banyak kemajuan, masih ada kesenjangan dalam akses ke peluang yang didasari oleh diskriminasi gender.

Kerap kali perempuan yang memiliki kualifikasi dan pengalaman yang sama, tetap dibayar lebih rendah dibandingkan laki-laki di posisi yang setara. Oleh karena itu, meskipun meritokrasi menjanjikan kesempatan yang sama, implementasinya masih perlu diawasi agar tidak terjadi ketimpangan tersembunyi.

Meningkatkan Partisipasi Perempuan dalam Kepemimpinan

Salah satu tantangan terbesar bagi perempuan adalah mendapatkan akses ke posisi kepemimpinan. Meritokrasi yang diterapkan dengan baik dapat membuka pintu bagi lebih banyak perempuan untuk naik ke jenjang kepemimpinan berdasarkan kompetensi mereka, bukan berdasarkan stereotip gender.

Melansir dari studi McKinsey & Company tahun 2024, memperlihatkan perbandingan representasi perempuan di perusahaan hanya sebesar 30%. Studi ini juga menemukan bahwa hambatan struktural, seperti kurangnya mentor perempuan dan ekspektasi sosial terkait peran perempuan dalam keluarga, masih menjadi tantangan besar.

Dengan mengikuti kebijakan berbasis meritokrasi, perusahaan perlu menciptakan kebijakan yang lebih inklusif, seperti fleksibilitas kerja, dan program pelatihan kepemimpinan khusus untuk perempuan.

Baca Juga: Pemberdayaan Perempuan di Asia Selatan: Kebijakan yang Dibutuhkan

Mendorong Perempuan untuk Berkembang

Melansir dari Harvard Business Review pada tahun 2019 menemukan bahwa dalam banyak kasus, perempuan merasa perlu bekerja lebih keras dibandingkan laki-laki untuk mendapatkan pengakuan yang sama. Hal ini dapat menyebabkan kelelahan dan rasa frustasi, terutama jika meritokrasi tidak diterapkan secara adil.

Kuncinya ada dipraktik meritokrasi, yang dapat memberikan motivasi bagi perempuan untuk terus meningkatkan keterampilan mereka. Jika penghargaan dan promosi didasarkan pada prestasi, perempuan akan lebih terdorong untuk menunjukkan kemampuan mereka dan berkembang dalam karier.

Menciptakan Lingkungan Kerja yang Lebih Adil

Berdasarkan studi McKinsey & Company tahun 2024, membuktikan bahwa masih ada bias bawah sadar dalam penilaian kinerja perempuan dan laki-laki. Perempuan sering kali dianggap kurang ambisius atau kurang cocok untuk posisi kepemimpinan dibandingkan laki-laki, meskipun memiliki pencapaian yang sama.

Perusahaan atau organisasi harus memastikan bahwa sistem penilaian kinerja tidak dipengaruhi oleh bias gender, sehingga meritokrasi dapat berjalan. Namun, perempuan juga perlu lebih proaktif dan ambisius dalam pekerjaan, dan turut bekerja sama dengan laki-laki. 

Agar meritokrasi benar-benar bermanfaat untuk perempuan, perlu ada usaha kolektif dari individu, organisasi, dan pemerintah. Perempuan perlu terus meningkatkan keterampilan, membangun jaringan profesional, dan memperjuangkan hak mereka. Sementara itu, organisasi dan kebijakan publik harus mendukung meritokrasi yang lebih inklusif dan adil.

Pada akhirnya, meritokrasi bukan hanya tentang siapa yang paling bekerja keras, tetapi juga tentang menciptakan sistem yang benar-benar memungkinkan semua orang, termasuk perempuan untuk meraih kesuksesan berdasarkan kemampuan mereka.

Konsep meritokrasi juga diangkat menjadi topik pada kampanye #Baiknyabarengbareng yang diadakan oleh Bank OCBC sebagai gerakan advokasi. Melalui gerakan ini diharapkan dapat menjangkau masyarakat, untuk memberikan edukasi bahwa kemajuan dapat diraih apabila adanya kolaborasi kekuatan tanpa mengkotak-kotakan peran dengan prinsip-prinsip meritokrasi sebagai fondasinya. Sehingga, dampak positif akan dirasakan bersama karena #BaiknyaBarengBareng.

Baca Juga: Peluang Karier Perempuan Mandiri di Era AI, Kuasai 2 Keterampilan Ini

 (*)

Celine Night

Sumber: standford.edu,World Economic Forum,Harvard Business Review,Mckinsey.com
Penulis:
Editor: Citra Narada Putri


REKOMENDASI HARI INI

Pilihan Olahraga Terbaik untuk Perempuan dengan Obesitas, Apa Saja?