Parapuan.co - Banyak dari kita tumbuh dengan keyakinan bahwa kerja keras dan keterampilan akan membawa kesuksesan. Namun, kenyataannya, tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai puncak.
Bagi perempuan, perjalanan menuju kesuksesan sering kali dihadang oleh berbagai tantangan, mulai dari bias gender hingga terbatasnya akses ke jaringan profesional. Berangkat dari hal ini, konsep meritokrasi menjadi penting untuk diketahui setiap orang.
Lantas, apa yang dimaksud dari meritokrasi? Seperti apa contoh meritokrasi dalam kehidupan sehari-hari, dan manfaatnya bagi perempuan? Yuk simak, penjelasannya di bawah ini.
Meritokrasi sendiri berasal dari kata merit, yang berarti "layak" atau "berhak." Sistem ini menilai seseorang berdasarkan pencapaian dan kemampuannya, bukan karena faktor keturunan atau privilege tertentu.
Mengutip dari jurnal Standford University, konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Michael Young dalam bukunya The Rise of the Meritocracy (1958), yang awalnya digunakan sebagai kritik terhadap sistem yang justru dapat memperlebar kesenjangan sosial jika tidak diterapkan dengan adil.
Prinsip dasar meritokrasi adalah bahwa setiap individu harus dinilai berdasarkan apa yang mereka capai, bukan berdasarkan siapa mereka atau dari mana mereka berasal. Ini berarti bahwa dalam sistem meritokrasi, seseorang yang bekerja keras dan memiliki kemampuan yang baik akan memiliki peluang yang lebih besar untuk sukses, dibandingkan dengan seseorang yang hanya mengandalkan kekayaan atau hubungan pribadi.
Dalam bentuk idealnya, meritokrasi menciptakan kesetaraan peluang. Semua individu, tanpa memandang gender atau latar belakang, memiliki akses yang sama terhadap pendidikan, pekerjaan, dan promosi jika mereka mampu menunjukkan kualifikasi dan keunggulan dalam bidangnya.
Setelah mengenal makna dari konsep meritokrasi, penting untuk Kawan Puan mengetahui manfaat dan tantangan praktik meritokrasi bagi perempuan.
Baca Juga: Mencapai Financial Freedom untuk Perempuan Karier Lewat Investasi Jangka Panjang
Kesempatan yang Sama bagi Perempuan
Dalam lingkungan yang menganut konsep meritokrasi, memungkinkan perempuan memiliki akses yang sama terhadap pendidikan, pekerjaan, dan kesempatan kepemimpinan, tanpa diskriminasi berbasis gender. Namun, dalam laporan World Economic Forum Global Gender Gap Report menunjukkan bahwa, skor kesenjangan gender global pada tahun 2023 masih berada diangka 68,4%.
Hal ini berarti meskipun perempuan telah mencapai banyak kemajuan, masih ada kesenjangan dalam akses ke peluang yang didasari oleh diskriminasi gender.
Kerap kali perempuan yang memiliki kualifikasi dan pengalaman yang sama, tetap dibayar lebih rendah dibandingkan laki-laki di posisi yang setara. Oleh karena itu, meskipun meritokrasi menjanjikan kesempatan yang sama, implementasinya masih perlu diawasi agar tidak terjadi ketimpangan tersembunyi.
Meningkatkan Partisipasi Perempuan dalam Kepemimpinan
Salah satu tantangan terbesar bagi perempuan adalah mendapatkan akses ke posisi kepemimpinan. Meritokrasi yang diterapkan dengan baik dapat membuka pintu bagi lebih banyak perempuan untuk naik ke jenjang kepemimpinan berdasarkan kompetensi mereka, bukan berdasarkan stereotip gender.
Melansir dari studi McKinsey & Company tahun 2024, memperlihatkan perbandingan representasi perempuan di perusahaan hanya sebesar 30%. Studi ini juga menemukan bahwa hambatan struktural, seperti kurangnya mentor perempuan dan ekspektasi sosial terkait peran perempuan dalam keluarga, masih menjadi tantangan besar.
Dengan mengikuti kebijakan berbasis meritokrasi, perusahaan perlu menciptakan kebijakan yang lebih inklusif, seperti fleksibilitas kerja, dan program pelatihan kepemimpinan khusus untuk perempuan.
Baca Juga: Pemberdayaan Perempuan di Asia Selatan: Kebijakan yang Dibutuhkan
Mendorong Perempuan untuk Berkembang
Melansir dari Harvard Business Review pada tahun 2019 menemukan bahwa dalam banyak kasus, perempuan merasa perlu bekerja lebih keras dibandingkan laki-laki untuk mendapatkan pengakuan yang sama. Hal ini dapat menyebabkan kelelahan dan rasa frustasi, terutama jika meritokrasi tidak diterapkan secara adil.
Kuncinya ada dipraktik meritokrasi, yang dapat memberikan motivasi bagi perempuan untuk terus meningkatkan keterampilan mereka. Jika penghargaan dan promosi didasarkan pada prestasi, perempuan akan lebih terdorong untuk menunjukkan kemampuan mereka dan berkembang dalam karier.
Menciptakan Lingkungan Kerja yang Lebih Adil
Berdasarkan studi McKinsey & Company tahun 2024, membuktikan bahwa masih ada bias bawah sadar dalam penilaian kinerja perempuan dan laki-laki. Perempuan sering kali dianggap kurang ambisius atau kurang cocok untuk posisi kepemimpinan dibandingkan laki-laki, meskipun memiliki pencapaian yang sama.
Perusahaan atau organisasi harus memastikan bahwa sistem penilaian kinerja tidak dipengaruhi oleh bias gender, sehingga meritokrasi dapat berjalan. Namun, perempuan juga perlu lebih proaktif dan ambisius dalam pekerjaan, dan turut bekerja sama dengan laki-laki.