Mengapa Perempuan Rentan Mengalami Obesitas? Ini 5 Faktor Pemicunya

Saras Bening Sumunar - Rabu, 5 Maret 2025
Penyebab perempuan mudah terkena obesitas.
Penyebab perempuan mudah terkena obesitas. Freepik

Parapuan.co - Setiap tahunnya, Hari Obesitas Sedunia atau World Obesity Day diperingati pada 4 Maret. Untuk diketahui bahwa Hari Obesitas Sedunia bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat akan pentingnya mencegah dan mengobati obesitas.

Pada dasarnya, obesitas bukan hanya masalah estetika saja, melainkan bisa menjadi pemicu masalah kesehatan kronis. Dilansir dari laman Medical Academicobesitas disebabkan oleh interaksi kompleks antara beberapa faktor yang memengaruhi kelebihan berat badan.

Faktor-faktor ini meliputi jenis kelamin, kecenderungan genetik, hingga faktor lingkungan. Untuk diketahui bahwa perempuan memiliki risiko dua kali lipat lebih tinggi mengalami obesitas dibanding laki-laki.

Fenomena ini bukan hanya disebabkan oleh faktor gaya hidup, tetapi juga dipengaruhi oleh kombinasi kompleks antara hormon, metabolisme, genetika, dan perubahan fisiologis sepanjang hidup.

Seiring bertambahnya usia, banyak perempuan menghadapi tantangan dalam menjaga berat badan ideal. Perubahan hormon selama kehamilan, menopause, dan siklus menstruasi berkontribusi terhadap penyimpanan lemak tubuh yang lebih besar.

Ditambah lagi dengan faktor psikologis seperti stres dan tekanan sosial, keduanya sering mendorong kebiasaan makan emosional.Obesitas pada perempuan bukanlah masalah yang bisa dianggap enteng.

Kondisi ini meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes tipe 2, gangguan hormonal, hingga komplikasi kehamilan. Oleh karena itu, penting untuk memahami mengapa perempuan lebih rentan mengalami obesitas dan bagaimana dampaknya terhadap kesehatan secara keseluruhan.

Mengapa Perempuan Rentan Alami Obesitas?

1. Kehamilan dan Pascamelahirkan

Baca Juga: Tanda Obesitas pada Perempuan Dewasa dan Bahayanya untuk Kesehatan

Selama kehamilan, perempuan mengalami peningkatan berat badan yang signifikan sebagai bagian dari proses alami tubuh untuk mendukung pertumbuhan janin. Setelah melahirkan, banyak perempuan kesulitan menurunkan berat badan kembali.

Proses ini diperburuk oleh perubahan hormonal pascapersalinan yang memengaruhi nafsu makan dan metabolisme. Selain itu, tekanan mengurus bayi, kurang tidur, serta pola makan tidak teratur membuat sebagian perempuan mengalami peningkatan berat badan yang sulit dikontrol.

2. Pengaruh Siklus Menstruasi terhadap Pola Makan

Banyak perempuan mengalami perubahan nafsu makan selama siklus menstruasi, terutama menjelang menstruasi. Lonjakan hormon progesteron dapat meningkatkan keinginan untuk mengonsumsi makanan tinggi gula dan lemak, ini berkontribusi terhadap kenaikan berat badan jika tidak diimbangi dengan aktivitas fisik yang cukup.

3. Perubahan Metabolisme Selama Menopause

Setelah menopause, banyak perempuan mengalami penurunan massa otot, yang berdampak pada berkurangnya kemampuan tubuh membakar kalori. Ini berarti perempuan perlu mengurangi asupan kalori atau meningkatkan aktivitas fisik untuk mencegah kenaikan berat badan.  Namun, banyak perempuan kesulitan beradaptasi dengan perubahan ini, sehingga lebih rentan mengalami obesitas.

4. Faktor Hormon

Hormon memainkan peran besar dalam pengaturan berat badan perempuan. Estrogen, hormon utama perempuan, memengaruhi distribusi lemak tubuh. Selama masa subur, lemak lebih banyak tersimpan di area paha dan pinggul untuk mendukung persiapan kehamilan.

Namun, ketika perempuan memasuki menopause dan kadar estrogen menurun, lemak lebih mudah tersimpan di area perut, yang meningkatkan risiko obesitas visceral (lemak di sekitar organ dalam).

5. Faktor Psikologis

Stres, kecemasan, dan depresi sering dialami perempuan, apalagi ada berbagai peran yang ia mainkan. Ketika stres melanda, banyak perempuan mengatasinya dengan makanan.

Padahal, kebiasaan makan emosional ini menjadi salah satu pemicu utama obesitas. Belum lagi jika kamu mengonsumsi makanan yang tinggi lemak dan manis, bukan tidak mungkin jika risiko obesitas bisa terjadi.

Baca Juga: Gejala Sindrom Metabolik yang Paling Sering Dialami, Mudah Lelah

(*)



REKOMENDASI HARI INI

Bagaimana Memilih Nama Bayi yang Tepat? Hindari Terlalu Panjang