Tujuan Terkait
Tujuan Lestari terkait

Komnas Perempuan: Investasi Kesehatan pada Perempuan Prioritas untuk Indonesia Emas 2045

Arintha Widya - Jumat, 14 Maret 2025
Komnas Perempuan: Investasi Kesehatan pada Perempuan Prioritas untuk Indonesia Emas 2045
Komnas Perempuan: Investasi Kesehatan pada Perempuan Prioritas untuk Indonesia Emas 2045 Dokumentasi Komnas Perempuan

Parapuan.co - Ketua Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan (Komnas Perempuan), Andy Yentriyani, menegaskan bahwa investasi dalam kesehatan perempuan adalah langkah strategis yang harus menjadi prioritas dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.

Hal tersebut disampaikannya dalam diskusi panel bertajuk "Investasi dalam Kesehatan Perempuan: Kunci untuk Meraih Indonesia Emas 2045" sebagai bagian dari Konferensi Nasional Perempuan dalam rangka peringatan International Women’s Day dengan tema besar "For ALL Women and Girls: Rights. Equality. Empowerment", Selasa (11/3/2025) lalu.

Dalam paparannya, Andy menyoroti berbagai tantangan yang dihadapi perempuan, terutama terkait dampak kekerasan terhadap kesehatan mereka. Ia mengangkat kisah nyata tentang seorang ibu yang mengalami sakit berkepanjangan akibat trauma kehilangan anaknya sejak 1997.

Kondisi mental yang terguncang menyebabkan dampak serius pada kesehatan perempuan tersebut, hingga akhirnya berdampak pada ekonomi keluarganya. Dengan kata lain kekerasan terhadap perempuan, apapun bentuknya, berpengaruh pada kesehatan dan kesejahteraan hidup mereka secara keseluruhan.

Melansir laman Komnas Perempuan, Andy menegaskan bahwa tanpa upaya serius dalam mengatasi kekerasan terhadap perempuan, Indonesia akan menghadapi hambatan besar dalam mencapai kesetaraan gender dan pembangunan yang inklusif.

Ia menggarisbawahi bahwa kekerasan terhadap perempuan memiliki dampak luas, tidak hanya secara fisik dan mental, tetapi juga sosial. Bahkan, dalam beberapa kasus, korban kehilangan nyawa akibat luka fisik atau tekanan mental yang berat.

Berdasarkan data Catatan Tahunan Komnas Perempuan 2024, tercatat 445.502 kasus kekerasan terhadap perempuan sepanjang tahun lalu, meningkat 14 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Data tersebut menunjukkan bahwa setiap jam, setidaknya 51 perempuan melaporkan kekerasan yang mereka alami, sementara untuk kekerasan seksual, setiap lima jam terdapat dua perempuan yang menjadi korban.

Meski demikian, angka ini diyakini hanya sebagai puncak gunung es karena masih banyak kasus yang tidak terlaporkan.

Baca Juga: Komnas Perempuan Kecam Usulan Seksis Ahmad Dhani Terkait Pemain Naturalisasi

Selain itu, Andy juga menyoroti kekerasan terhadap perempuan di fasilitas kesehatan, baik yang dilakukan oleh tenaga medis terhadap pasien maupun antar individu dalam lingkungan layanan kesehatan. Perempuan dengan kondisi kesehatan tertentu, seperti perempuan yang terinfeksi HIV, juga menghadapi kerentanan lebih besar terhadap kekerasan.

Data menunjukkan bahwa perempuan yang mengalami kekerasan memiliki risiko 1,5 kali lebih besar tertular HIV, sementara perempuan dengan HIV lebih rentan mengalami kekerasan seksual hingga 4,5 kali lipat dibandingkan perempuan lainnya.

Faktor lingkungan turut memperbesar risiko kekerasan terhadap perempuan. Andy mencontohkan pekerja perempuan di sektor informal yang kerap tidak mendapatkan perlindungan hukum maupun jaminan kesehatan.

Di salah satu pabrik pengolahan makanan laut, misalnya, pekerja perempuan mengalami mati jaringan pada tangan mereka akibat kondisi kerja yang buruk dan minimnya perlindungan keselamatan kerja.

Sebagai langkah solutif, Andy menekankan pentingnya investasi dalam kesehatan perempuan, termasuk meningkatkan akses layanan kesehatan yang berpihak pada korban kekerasan. Hal ini mencakup layanan aborsi aman bagi korban kekerasan seksual dan peningkatan jumlah tenaga konselor bagi perempuan korban kekerasan.

Di Sumba, misalnya, hanya terdapat satu konselor untuk melayani empat kabupaten, padahal dukungan psikologis sangat dibutuhkan oleh para penyintas.

Di akhir paparannya, Andy mengajak seluruh pemangku kepentingan untuk berkolaborasi dalam menciptakan kebijakan yang lebih berpihak pada perempuan. Menurutnya, investasi dalam kesehatan perempuan bukan hanya soal kebijakan, tetapi juga keberpihakan terhadap hak asasi manusia.

"Jika kita ingin mencapai Indonesia Emas 2045, maka memastikan kesehatan dan kesejahteraan perempuan harus menjadi prioritas," pungkas Andy Yentriyani.

Baca Juga: IWD 2025, Komnas Perempuan Soroti Budaya Patriarki dan Diskriminasi Gender dalam Politik

(*)

Sumber: Komnas Perempuan
Penulis:
Editor: Arintha Widya

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari, program KG Media yang merupakan suatu rencana aksi global, bertujuan untuk menghapus kemiskinan, mengurangi kesenjangan dan melindungi lingkungan.



REKOMENDASI HARI INI

Dampak Psikologis Perempuan yang Menjadi Tulang Punggung Keluarga