Parapuan.co - Selain terjadi usai pergantian tahun, resign setelah Lebaran juga menjadi fenomena tersendiri di dunia kerja. Fenomena resign setelah Lebaran kerap menjadi perbincangan, tetapi benarkah hal ini terjadi dalam jumlah besar?
Talent Acquisition Manager Jobstreet by SEEK Indonesia, Ria Novita, sebagaimana melansir Kompas.com menyebut bahwa fenomena ini memang ada, tetapi tidak dalam jumlah yang masif.
"Fenomena ini memang terjadi, tetapi tidak dalam jumlah yang signifikan dibanding waktu lainnya," jelas Ria saat dikonfirmasi Kompas.com, Jumat (14/3/2025) lalu.
Waktu lain yang dimaksud adalah akhir tahun atau setelah performance review, yang biasanya berpengaruh pada promosi dan kenaikan gaji.
"Untuk yang resign setelah Lebaran ini biasanya dikarenakan memang sudah berniat resign, tetapi masih menunggu pembayaran THR," tambahnya.
Dimungkinkan bahwa agar mendapatkan THR secara penuh, banyak karyawan memilih untuk mengajukan resign setelah menerima THR, yaitu menjelang Lebaran. Oleh karenanya ketika merencanakan resign, karyawan memilih waktu setelah Lebaran.
Selain menunggu THR cair, ada beberapa penyebab lain dari fenomena resign setelah Lebaran menurut berbagai sumber. Yuk, simak!
1. Menunggu Cairnya THR
Keluar dari pekerjaan sebelum Lebaran dianggap kurang menguntungkan karena karyawan yang resign lebih awal tidak akan mendapatkan THR. Sebagian orang memilih bertahan hingga THR cair agar dapat digunakan sebagai dana cadangan sebelum mendapatkan pekerjaan baru atau menerima gaji pertama di tempat kerja berikutnya.
Baca Juga: Penghitungan THR dan Simulasinya untuk Pekerja dengan Masa Kerja Kurang dari Setahun
2. Pindah Kerja karena Banyak Lowongan Baru
Banyak perusahaan menyadari tren resign setelah Lebaran dan memilih untuk membuka lowongan kerja pada periode tersebut. Selain menghindari pembayaran THR bagi karyawan baru, perusahaan juga menilai momen setelah Lebaran lebih efektif untuk rekrutmen dan program pengembangan karyawan.
3. Mencari Peluang dan Tantangan Karier Baru
Sebagian karyawan merasa karier mereka stagnan jika bertahan di tempat kerja lama. Mereka ingin terus belajar, mencoba bidang baru, atau memperoleh jenjang karier yang lebih tinggi. Untuk itu, mereka memilih resign setelah Lebaran guna mendapatkan peluang yang lebih baik.
4. Merasa Kurang Dihargai di Kantor Lama
Kurangnya apresiasi terhadap karyawan, seperti tidak adanya bonus atau ucapan terima kasih atas pencapaian besar, bisa menjadi alasan seseorang memilih untuk keluar dari pekerjaannya. Dengan pindah ke perusahaan lain, mereka berharap mendapatkan lingkungan kerja yang lebih menghargai kontribusi dan memberikan kesempatan pengembangan karier.
5. Memilih Menetap di Kampung Halaman
Banyak pekerja perantau memilih untuk tidak kembali ke kota setelah Lebaran. Faktor biaya mudik yang mahal, keinginan untuk dekat dengan keluarga, atau tanggung jawab merawat orang tua yang sakit menjadi alasan utama mereka mencari pekerjaan di daerah asal.
6. Lingkungan Kerja yang Tidak Sehat (Toxic Workplace)
Ketidaknyamanan dalam lingkungan kerja, seperti adanya budaya saling menjatuhkan atau kurangnya dukungan rekan kerja, dapat menjadi alasan lain seseorang memilih resign setelah Lebaran. Mereka berharap bisa menemukan tempat kerja dengan lingkungan yang lebih positif dan mendukung.
Fenomena resign setelah Lebaran bukanlah sesuatu yang terjadi secara kebetulan. Berbagai faktor, baik internal maupun eksternal, memengaruhi keputusan karyawan untuk meninggalkan pekerjaannya setelah hari raya.
Oleh karena itu, perusahaan perlu memahami tren ini agar dapat mengantisipasi kehilangan karyawan serta menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik dan mendukung.
Baca Juga: Langkah Mendukung Sesama Perempuan Mewujudkan Kesetaraan Gender di Lingkungan Kerja
(*)