Adapun masalah kesehatan mental yang dimaksud seperti kecemasan, depresi, stres pasca trauma, hingga pikiran untuk bunuh diri. Sementara, jika anak sampai diminta melakukan hubungan intim, mereka cenderung mengalami rasa malu yang luar biasa hingga menyalahkan diri sendiri atas pelecehan tersebut.
Anak-anak dapat sangat terpengaruh oleh child grooming, bahkan ketika tidak ada kontak langsung yang terjadi. Itulah sebabnya sangat penting untuk ikut campur sesegera mungkin agar situasi lebih parah tidak terjadi.
Dampak child grooming terhadap kesehatan mental anak dalam jangka panjang sangat serius dan kompleks. Anak yang menjadi korban sering kali mengalami trauma emosional yang mendalam, yang dapat berkembang menjadi post traumatic stress disorder (PTSD).
Perasaan bingung, bersalah, atau takut untuk berbicara tentang apa yang dialami membuat emosi negatif tersebut terus terbawa hingga dewasa. Selain itu, korban child grooming sering mengalami kesulitan dalam memercayai orang lain di masa depan.
Rasa aman yang telah dirusak membuat mereka menjadi lebih tertutup, curiga, atau bahkan menghindari interaksi sosial karena takut disakiti kembali. Dalam jangka panjang, masalah kepercayaan ini dapat berdampak pada hubungan mereka dengan keluarga, teman, maupun pasangan di masa dewasa. Mereka mungkin kesulitan membangun dan mempertahankan hubungan yang sehat karena selalu merasa waspada atau sulit membuka diri.
Trauma akibat grooming juga dapat memengaruhi kemampuan anak dalam belajar. Kesulitan berkonsentrasi di sekolah menjadi masalah umum yang dialami, karena pikiran mereka dipenuhi kecemasan atau ketakutan yang terus-menerus, yang dapat berujung pada penurunan prestasi akademik.
Tidak hanya itu, anak yang telah menjadi korban grooming biasanya akan kehilangan minat bahkan pada hobi yang dahulu disukai, membuatnya jadi lebih pasif, pendiam, dan cenderung menarik diri dari pergaulan.
Oleh karena itu, penting bagi orang-orang dewasa di sekitar anak seperti orang tua untuk merespons tindakan pelecehan ini agar anak kembali pulih dari gejala trauma. Ketika seorang anak tidak dipercaya dan didukung dengan tepat setelah pengungkapan, hal tersebut dapat menyebabkan tingkat trauma yang dirasakan lebih tinggi.
Situasi ini pada akhirnya mengakibatkan kesehatan fisik dan mental jangka panjang. Sebaliknya, jika orang dewasa di sekitar anak bertindak protektif, anak diyakini dan dukungan yang tepat diberikan, anak memiliki peluang terbaik untuk pulih dari trauma.
Baca Juga: Masa Depan Anak Perempuan Terancam: Mengapa Child Grooming Tidak Boleh Diromantisasikan?
(*)