Parapuan.co - Child grooming kini tengah menjadi topik perbincangan hangat selaras dengan munculnya skandal Kim Soo Hyun dengan mendiang Kim Sae Ron. Hal ini mengungkap bahwa sang aktor diduga pernah menjalin hubungan asmara dengan Kim Sae Ron saat masih berusia 15 tahun.
Sedangkan pada saat itu, Kim Soo Hyun berusia 27 tahun. Perilaku Kim Soo Hyun ini disebut-sebut termasuk dalam kategori child grooming karena memiliki hubungan romantis dengan anak di bawah umur.
Lantas, apa sebenarnya child grooming dan bagaimana dampaknya untuk anak?
Child grooming merupakan salah satu teknik manipulasi pikiran anak untuk tujuan tertentu. Tujuan yang paling sering dari teknik ini adalah untuk mengeksploitasi dan pelecehan seksual. Apabila perilaku ini dibiarkan, dampaknya cukup luar biasa untuk kesehatan fisik juga mental anak.
Untuk diketahui bahwa child grooming terjadi ketika orang dewasa melakukan upaya-upaya membangun kepercayaan dan mengikat emosi anak atau remaja dengan tujuan manipulasi, melecehkan dan mengeksploitasi mereka. Anak-anak yang menjadi sasaran child grooming bisa mengalami tindakan pelecehan ini secara langsung atau melalui media sosial.
Child grooming dalam banyak kasus adalah proses membangun hubungan emosional dan kepercayaan yang berkembang dalam jangka waktu yang lebih lama. Karakteristik inilah yang membuatnya sangat berbahaya dan sulit dideteksi dalam tahap awal.
Pelaku cenderung menargetkan anak-anak dalam lingkaran dekat mereka atau menghubungi anak-anak secara online dengan membuat profil palsu. Setelah membangun kepercayaan melalui perhatian yang konsisten dan menciptakan penampilan hubungan yang ramah atau bukan romantis, pelaku bisa mulai melalukan pendekatan seksual.
Dampak Child Grooming pada Anak
Merujuk dari laman Kompas.com, anak-anak yang telah menjadi korban dan mengalami child grooming cenderung menderita masalah kesehatan mental jangka panjang dan serius. Bahkan situasi ini perlu mendapatkan pendampingan khusus agar kondisi anak tidak semakin buruk.
Baca Juga: Pelecehan Seksual terhadap Anak, Ini Ancaman Hukuman bagi Pelaku Child Grooming
Adapun masalah kesehatan mental yang dimaksud seperti kecemasan, depresi, stres pasca trauma, hingga pikiran untuk bunuh diri. Sementara, jika anak sampai diminta melakukan hubungan intim, mereka cenderung mengalami rasa malu yang luar biasa hingga menyalahkan diri sendiri atas pelecehan tersebut.
Anak-anak dapat sangat terpengaruh oleh child grooming, bahkan ketika tidak ada kontak langsung yang terjadi. Itulah sebabnya sangat penting untuk ikut campur sesegera mungkin agar situasi lebih parah tidak terjadi.
Dampak child grooming terhadap kesehatan mental anak dalam jangka panjang sangat serius dan kompleks. Anak yang menjadi korban sering kali mengalami trauma emosional yang mendalam, yang dapat berkembang menjadi post traumatic stress disorder (PTSD).
Perasaan bingung, bersalah, atau takut untuk berbicara tentang apa yang dialami membuat emosi negatif tersebut terus terbawa hingga dewasa. Selain itu, korban child grooming sering mengalami kesulitan dalam memercayai orang lain di masa depan.
Rasa aman yang telah dirusak membuat mereka menjadi lebih tertutup, curiga, atau bahkan menghindari interaksi sosial karena takut disakiti kembali. Dalam jangka panjang, masalah kepercayaan ini dapat berdampak pada hubungan mereka dengan keluarga, teman, maupun pasangan di masa dewasa. Mereka mungkin kesulitan membangun dan mempertahankan hubungan yang sehat karena selalu merasa waspada atau sulit membuka diri.
Trauma akibat grooming juga dapat memengaruhi kemampuan anak dalam belajar. Kesulitan berkonsentrasi di sekolah menjadi masalah umum yang dialami, karena pikiran mereka dipenuhi kecemasan atau ketakutan yang terus-menerus, yang dapat berujung pada penurunan prestasi akademik.
Tidak hanya itu, anak yang telah menjadi korban grooming biasanya akan kehilangan minat bahkan pada hobi yang dahulu disukai, membuatnya jadi lebih pasif, pendiam, dan cenderung menarik diri dari pergaulan.
Oleh karena itu, penting bagi orang-orang dewasa di sekitar anak seperti orang tua untuk merespons tindakan pelecehan ini agar anak kembali pulih dari gejala trauma. Ketika seorang anak tidak dipercaya dan didukung dengan tepat setelah pengungkapan, hal tersebut dapat menyebabkan tingkat trauma yang dirasakan lebih tinggi.
Situasi ini pada akhirnya mengakibatkan kesehatan fisik dan mental jangka panjang. Sebaliknya, jika orang dewasa di sekitar anak bertindak protektif, anak diyakini dan dukungan yang tepat diberikan, anak memiliki peluang terbaik untuk pulih dari trauma.
Baca Juga: Masa Depan Anak Perempuan Terancam: Mengapa Child Grooming Tidak Boleh Diromantisasikan?
(*)